Mohon tunggu...
Dwi RatnaYulianti
Dwi RatnaYulianti Mohon Tunggu... Lainnya - seringkali aku berfikir setiap hari bekerja tiada henti, tapi setiap orang bertanya padaku tidak tahu apa pekerjaanku sebenarnya

kategori manusia biasa yang membutuhkan dana penyangga kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merajut Asa di Samudra Hindia

29 Agustus 2023   10:47 Diperbarui: 29 Agustus 2023   10:50 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DokPriInput sumber gambar

Wilayah Indonesia sebagian besar perairan terutama lautan dan samudra tentunya sudah pasti sebagian penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan. Berdasarkan dataindonesia jumlah nelayan di Indonesia sebanyak 1,27 juta orang hingga akhir tahun 2022. Dan yang menduduki jumlah nelayan terbanyak Jawa Timur. Namun jumlah diatas masih perhitungan semetara berdasarkan kolom profesi saat pembuatan Kartu  Tanda Penduduk. Sebagian nelayan juga bekerja serabutan, tidak benar-benar menjadi nelayan terkadang sebagai kuli bangunan, petani, pedagang, peternak, hingga perawat yang menjadikan pekerjaan nelayan sebagai sampingan.

Hasil laut Indonesia beragam tidak hanya ikan namun pada kenyataannya belum bisa memberikan kemakmuran untuk para nelayan hal itu terbukti dengan semakin berkurangnya jumlah nelayan lebih memilih beralih profesi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan nelayan belum sejahtera.

1). Penghasilan nelayan tergantung cuaca dan pasang surut air laut.

Mencari rizki ditengah laut diibaratkan seperti ikut undian berhadiah jika beruntung ikan yang didapat melimpah hingga beratus-ratus Kg. Mungkin jika disurvei hanya dari laut yang bisa memberikan puluhan hingga ratusan juta dalam semalam.

Terutama perahu selerek yaitu alat trasportasi menuju tengah samudra yang mampu membawa karyawan 20-40 orang, perahu selerek terdiri dari dua perahu bagian depan nahkoda juru pantau ikan dan pegawai lainnya, perahu kedua jonson yang ditarik oleh perahu pertama namun tetap membawa mesin yang dinyalakan saat akan mengepung ikan dengan cara menebar jaring kemudian perahu jonson berjalan melingkari ikan sambil menggeret jaring Kemudian jaring ditarik perlahan hingga nampak grombolan ikan.

Setelah ikan terkumpul kedua perahu bersampingan ikan yang didapat berada ditengah namun tetap didalam jaring selanjutnya ikan di serok pakai alat khusus ditampung dalam perahu jonson jika perahu jonson perahu tempat nahkoda juga menampung ikan. Kedua perahu  mampu membawa 1-2 ton ikan tergantung jenis ikan. 

Sesampai ikan dipelabuhan dimasukan keranjang yang terbuat dari bambu satu keranjang bisa memuat 90-100 kg ikan. Saat musim ikan satu keranjang hanya dihargai Rp Rp 700.000-800.000 namun disaat ikan langka satu keranjang mampu mencapai Rp 1.000.000-2.00.000 jika satu perahu membawa 100 keranjang berapa penghasilan nelayan dalam semalam, tetapi jumlah sebesar itu bukanlah pengasilan bersih masih dipotong solar dan gaji karyawan. Untuk biaya solar saja semalam mencapai minimal Rp 3.000.000 bahkan lebih tergantung seberapa jauh saat berlayar.

DokPriInput sumber gambar
DokPriInput sumber gambar

Sedangkan gaji karyawan terbagi menjadi dua pertama karyawan tetap disaat ikan mahal dalam semalam bisa mencapai Rp 600.000-Rp 1.500.000 tergantung sebagai apa kedudukanya jika nahkoda, ahli mesin, dan penyelam dua kali dari bayaran karyawan biasa jika karyawan biasa menerima honor seperti diatas maka ketiga pekerjaan itu bisa mencapai Rp 1.200.000-3.000.000 dalam semalam. 

Kedua untuk karyawan tidak tetap Rp 250.000-500.000. terkadang gaji yang didapat tidak berupa uang bisa ikan hasil tangkapan satu plastik kresek jumbo berwarna merah jika ditimbang kurang lebih 30 kg langsung dijual ditempat atau dibawa pulang. Dan mendapat tambahan bonus ikan untuk lauk di rumah bagi semua pekerja.

Rizki yang melimpah seperti itu tidak setiap hari dirasakan oleh nelayan dalam satu bulan 2-5 kali saja bahkan terkadang selama sebulan tidak memproleh hasil sama sekali dan sudah pasti untuk pemegang perahu harus menanggung biaya solar, biaya dadakan seperti kerusakan jaring, mesin dan perahu, jika tidak memiliki simpanan, hutang menjadi pilihan untuk berlayar semalam hingga bermalam-malam. Namun dibalik sulitnya nelayan perahu selerak masih mendapat sedikit berkah dengan memberikan pekerjaan yang benar-benar membutuhkan. 

Meskipun ketidak pastian rizki yang diberikan seolah seperti bayangan. Faktanya para pekerja nelayan selerek untuk pegawai lama tetap krasan bahkan semakin hari bertambah saja peminatnya. Mungkin karena himpitan tuntutan kebutuhan hidup yang semakin mendesak tidak ada pilihan lain untuk menerima apa yang ada didepan mata dengan bekerja seadanya.

 Tidak hanya perahu selerek di pelabuhan Prigi yang mencoba mencari keberuntungan di samudra Hindia, pemancing, jaring tarik yang digunakan dipinggir pantai dengan bantuan beberapa puluh tenaga manusia, dan puluhan perahu kecil alias jukung yang menggunakan jaring yang terbuat dari senar dberi nama jaring pitil hampir sama jaring eder tetapi beda cara kerjanya, jaring eder saat digunakan mengambang. 

Karena menggunakan perahu kecil tentunya hasil tangkapan juga sedikit hanya puluhan hingga kwintalan saja. Terkadang nelayan pitil harus mengalah dan dengan terpaksa menerima harga yang disodorkan pengepul ikan atau mengambil pilihan mengecer ikan dengan harga Rp 20.000 -25.000. Untuk para pengepul nakal memberi harga satu box besar jika diisi ikan 25-50kg hanya dihargai Rp175.000 para pengepul menjualnya kembali dengan harga Rp 350.000. Tidak heran para penjual ikan lebih sejahtera dibandingkan para penangkap ikan.

Untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup para nelayan disaat cuaca buruk terkadang mencari tambahan dengan mampir kesektor lain seperti petani, pedagang, kuli bangunan, hingga pemburu nener atau bayi lobter. Tidak tahu beberapa tahu kedepannya masih bisa menemukan lobter atau sudah punah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun