Rizki yang melimpah seperti itu tidak setiap hari dirasakan oleh nelayan dalam satu bulan 2-5 kali saja bahkan terkadang selama sebulan tidak memproleh hasil sama sekali dan sudah pasti untuk pemegang perahu harus menanggung biaya solar, biaya dadakan seperti kerusakan jaring, mesin dan perahu, jika tidak memiliki simpanan, hutang menjadi pilihan untuk berlayar semalam hingga bermalam-malam. Namun dibalik sulitnya nelayan perahu selerak masih mendapat sedikit berkah dengan memberikan pekerjaan yang benar-benar membutuhkan.Â
Meskipun ketidak pastian rizki yang diberikan seolah seperti bayangan. Faktanya para pekerja nelayan selerek untuk pegawai lama tetap krasan bahkan semakin hari bertambah saja peminatnya. Mungkin karena himpitan tuntutan kebutuhan hidup yang semakin mendesak tidak ada pilihan lain untuk menerima apa yang ada didepan mata dengan bekerja seadanya.
 Tidak hanya perahu selerek di pelabuhan Prigi yang mencoba mencari keberuntungan di samudra Hindia, pemancing, jaring tarik yang digunakan dipinggir pantai dengan bantuan beberapa puluh tenaga manusia, dan puluhan perahu kecil alias jukung yang menggunakan jaring yang terbuat dari senar dberi nama jaring pitil hampir sama jaring eder tetapi beda cara kerjanya, jaring eder saat digunakan mengambang.Â
Karena menggunakan perahu kecil tentunya hasil tangkapan juga sedikit hanya puluhan hingga kwintalan saja. Terkadang nelayan pitil harus mengalah dan dengan terpaksa menerima harga yang disodorkan pengepul ikan atau mengambil pilihan mengecer ikan dengan harga Rp 20.000 -25.000. Untuk para pengepul nakal memberi harga satu box besar jika diisi ikan 25-50kg hanya dihargai Rp175.000 para pengepul menjualnya kembali dengan harga Rp 350.000. Tidak heran para penjual ikan lebih sejahtera dibandingkan para penangkap ikan.
Untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup para nelayan disaat cuaca buruk terkadang mencari tambahan dengan mampir kesektor lain seperti petani, pedagang, kuli bangunan, hingga pemburu nener atau bayi lobter. Tidak tahu beberapa tahu kedepannya masih bisa menemukan lobter atau sudah punah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H