Ibu-ibu di gang perumahan tempat saya tinggal mengadakan "tabungan infaq" alias iuran sosial bulanan untuk tujuan santunan pada anggota komunitas yang tertimpa musibah.
Kesepakatan kami sebagai anggota Kerukunan Gang adalah memberikan santunan seebsar 200 ribu rupiah bagi anggota dan anak atau suaminya mengalami sakit dirawat di rumah sakit, anggota keluarga intinya ada yang meninggal dunia (termasuk ayah dan ibu dari kepala keluarga dan istri) Anggota Kerukunan Sosial ini hanya sekitar dua puluh orang.Â
Tujuan utamanya memang untuk kerukunan, jika ada yang tertimpa musibah kami datang menjenguk bareng-bareng dan memberikan sedikit santunan seperti yang disepakati bersama.
Penanggung jawab keuangan dissepakayi bergiliran dan catatan keuangan dipaparkan secara transparan. Besarnya santunan mungkin tidak seberapa dibandingkan kesusahan yang sedang tertimpa musibah. Namun rasa kebersamaan dalam silaturahim dan kunjungan bareng-bareng diharapkan dapat mengurangi kesedihan.
Dana infaq yang terkumpul sejak tahun 2019 setelah dikurangi beberapa kali santunan ternyata masih bersisa sekitar tiga juta rupiah pada awal tahun 2024. Terkumpulnya uang ini ternyata menimbulkan sedikit gejolak pada pihak-pihak yang entahlah.Â
Pernah dahulu ada seseorang yang mengusulkan dana sosial kerukunan itu dibelikan tempat sampah agar seragam satu gang. Dan yang lebih dahsyat lagi di awal tahun 2024 malah ada yang mengusulkan dana tiga juta rupiah itu digunakan untuk biaya jalan-jalan atau ziarah wali.Â
Sebagai salah satu anggota saya langsung menyatakan ketidaksetujuan, sebab niat semula dana kerukunan ini adalah untuk keperluan sosial, bukan untuk hal lain selain santunan, apalagi untuk makan-makan dan jalan-jalan.Â
Bagaimana nanti pertanggungjawaban kami di hadapan Allah, apalagi jika di antara anggota ada yang sudah mengundurkan diri dan menyaksikan iuran sosialnya digunakan untuk rekreasi? Wah bisa timbul tidak enak hati dan keributannya tak hanya di dunia tapi sampai ke akherat nanti.
Syukurlah akhirnya rencana yang dihembuskan itu tidak dijalankan karena para penyeru untuk rekreasi dengan dana sosial berbesar hati menyadari usulnya tidak pada tempatnya. Seiring dengan wacana akan dibentuk Dasawisma beberapa orang menyarankan agar komunitas ini dibubarkan dan dana yang terkumpul disumbangkan untuk keperluan sosial.Â
Alhamdulillah akhirnya disepakati bahwa dana 3 jutaan rupiah ini disumbangkan untuk keperluan di perumahan yaitu untuk masjid dan panti asuhan yang terdapat di lokasi perumahan. Kebetulan masjid di perumahan mengadakan berbagai kegiatan di bulan Ramadan hingga Dzulhijjah, termasuk di dalamnya kajian tematik, bakti sosial, bingkisan untuk kaum dhuafa, bingkisan untuk guru TPQ, penyediaan takjil selama Ramadan.
Alhamdulillah pihak takmir masjid maupun panti asuhan sangat menyambut baik sumbangan dari dana sosial kerukunan kami yang terkesan dadakan. Perjalanan menuju masjid dan panti asuhan saat langit malam tak tampak bintang sesuai hujan dan jalanan yang basah bekas genangan tidak menyurutkan kami melangkahkan kaki mengitari perumahan menuju dua tempat yang jaraknya cukup jauh ditempuh dengan berjalan kaki. Lumayan lah malam-malam olahraga.
Tidak semua anggota kerukunan turut menyerahkan sumbangan tersebut. Ada yang bahkan sudah keluar grup karena ketidaksepakatan saat voting apakah komunitas kerukunan akan diteruskan atau dibubarkan seiring dengan rencana akan didirikan kelompok dasa wisma.Â
Ada yang mengeluh capek, ngantuk, sakit dan tidak memberikan alasan tetapi tidak hadir untuk turut menyerahkan dana sosial ke pihak masjid dan panti asuhan. Akhirnya hanya kami bertiga yang berjalan menyusuri jalanan basah perumahan di tengah kegelapan malam.
Pada akhirnya kelompok kerukunan sosial ini pun dibubarkan menyusul maklumat Ketua RT yang intinya menyatakan bahwa keberadaan kelompok yang mengadakan iuran atau arisan selain Dasawisma harus seizin Ketua RT. Karena beberapa orang merasa seperti terintimidasi dan seolah tertuduh penggerak kelompok ilegal akhirnya kelompok kerukunan yang didirikan atas kesepakatan sejak tahun 2019 ini pun bubar.
Alhamdulillah meski berawal dari keributan akhirnya masing-masing pihak merasa lega, tidak punya tanggungan iuran sosial kerukunan yang telah disepakati untuk disumbangkan pada pihak masjid dan panti asuhan.
 Sedikit cerita ini bisa menjadi bahan pelajaran bahwa di balik hal yang membuat hati tidak nyaman, seperti ketidaksepakatan yang menyebabkan keributan ternyata memiliki hikmah dan memotivasi untuk melakukan sedekah dadakan. Semoga sedekah yang membawa berkah, dan kerukunan di gang perumahan tetap terjaga, warganya terhindar dari musibah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H