Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Lima Kebahagiaan Orang yang Berpuasa

24 Maret 2023   22:22 Diperbarui: 28 Maret 2023   01:15 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana tarawih di Masjid Al Ukhuwwah. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Marhaban ya Ramadan. Gembira hati seorang mukmin ketika menyambut Ramadan. Bulan penuh ampunan dan pahala yang dilipatgandakan. 

Daya tarik Ramadan sangat terlihat pada ramainya masjid, surau, mushola selama bulan Ramadan. Jamaah sholat berlipat dari biasanya. Kotak infaq mungkin juga mendapat "suntikan dana" berlipat ganda. 

Dengung suara orang membaca Al Qur'an terdengar ramai bersahut-sahutan.

Itulah Ramadan, bulannya mukmin berpuasa. Puasa Ramadan wajib hukumnya sebab perintah berpuasa tertera jelas dalam Al Qur'an, surat Al Baqarah ayat 183.

Salah satu ciri khas Ramadan adalah sholat malam yang ditegakkan, lazimnya disebut sholat tarawih dan biasanya dilakukan secara  berjamaah seperti di masjid perumahan kami, Masjid Al Ukhuuwah.

Di masjid perumahan kami, sebelum sholat tarawih diisi dengan tausiyah ustadz yang bertugas sebagai imam. Atau terkadang bertugas memberikan ceramah saja. 

Salah satu ustadz yang paling sering memberikan ceramah karena keilmuannya adalah Ustadz Ahmad Habibul Muiz. Pada ceramah di tarawih hari kedua, Ustadz Habib mengemukakan bahwa orang yang melakukan puasa dengan benar pasti merasakan lima jenis kebahagiaan.

Lima jenis kebahagiaan yang dirasakan orang yang berpuasa dengan benar adalah:

1. Bahagia secara spiritual.

Orang yang menunaikan puasa Ramadan karena iman akan merasa bahagia secara spiritual. Kebahagiaan tersebut muncul sebab ia merasa telah menunaikan perintah Allah, sehingga merasa lebih dekat dengan Allah. 

Pada akhirnya psikologis spiritualnya tenang dan bahagia, merasa bahwa Allah akan selalu membersamainya dimanapun berada.

2. Bahagia secara emosional

Kebahagiaan emosional tumbuh pada orang yang berpuasa dengan benar. Sebab orang berpuasa itu tidak boleh melakukan hal-hal yang merusak kualitas puasanya, yaitu tidak boleh marah, berdusta, bicara bohong, memfitnah, tidak boleh bicara kotor.

Dengan demikian berpengaruh pada kondisi emosionalnya menjadi lebih baik

3. Bahagia secara fisik.

Fisik orang berpuasa akan sehat sehingga bahagialah ia. Bahkan berpuasa tidak hanya perintah Allah, melainkan juga dari segi medis dianjurkan, seperti misalnya sebelum dilakukan tindakan operasi, sang pasin yang akan dibedah pasti diwajibkan berpuasa.

Secara medis terbukti bahwa berpuasa membuat tubuh lebih sehat. Kadar gula, kolesterol bisa mencapai kadar normal

4. Bahagia secara ekonomi

Daftar kegiatar Ramadan Masjid Al Ukhuwwah. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Daftar kegiatar Ramadan Masjid Al Ukhuwwah. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Harta yang disedekahkan tidak akan berkurang. Sebab tak pernah ada sejarahnya orang yang senang bersedekah dengan ikhlas akan jatuh miskin. 

Apa yang disedekahkan dengan ikhlas pasti akan kembali, bahkan dikembalikan berlipat ganda. Demikian pula saat Ramadan tiba, umat muslim seperti berlomba bersedekah. Makin sering bersedekah secara ikhlas makin membahagiakan kondisi finansialnua.

5. Bahagia secara sosial

Sebab puasa itu menumbuhkan empati dan rasa kepedulian.

Seperti halnya hadits Rasulullah bahwa barangsiapa yang menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka ia akan menerima pahala setara dengan pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa. 

Saat bulan puasa biasanya bakti sosial sering diadakan, demikian pula hanya dengan berbuka bersama yatim dan dhuafa atau berbagi makanan sahur dan berbuka bagi musafir dan fakir miskin. 

Ketika berbagi inilah muncul rasa bahagia karena bisa berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang membutuhkan.

Di akhir ceramahnya Ustadz Habib menegaskan kembali bahwa tidak ada syariat Allah yang sia-sia. Mari menemukan hikmahnya agar hidup tenang dan bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun