Marhaban ya Ramadan. Gembira hati seorang mukmin ketika menyambut Ramadan. Bulan penuh ampunan dan pahala yang dilipatgandakan.Â
Daya tarik Ramadan sangat terlihat pada ramainya masjid, surau, mushola selama bulan Ramadan. Jamaah sholat berlipat dari biasanya. Kotak infaq mungkin juga mendapat "suntikan dana" berlipat ganda.Â
Dengung suara orang membaca Al Qur'an terdengar ramai bersahut-sahutan.
Itulah Ramadan, bulannya mukmin berpuasa. Puasa Ramadan wajib hukumnya sebab perintah berpuasa tertera jelas dalam Al Qur'an, surat Al Baqarah ayat 183.
Salah satu ciri khas Ramadan adalah sholat malam yang ditegakkan, lazimnya disebut sholat tarawih dan biasanya dilakukan secara  berjamaah seperti di masjid perumahan kami, Masjid Al Ukhuuwah.
Di masjid perumahan kami, sebelum sholat tarawih diisi dengan tausiyah ustadz yang bertugas sebagai imam. Atau terkadang bertugas memberikan ceramah saja.Â
Salah satu ustadz yang paling sering memberikan ceramah karena keilmuannya adalah Ustadz Ahmad Habibul Muiz. Pada ceramah di tarawih hari kedua, Ustadz Habib mengemukakan bahwa orang yang melakukan puasa dengan benar pasti merasakan lima jenis kebahagiaan.
Lima jenis kebahagiaan yang dirasakan orang yang berpuasa dengan benar adalah:
1. Bahagia secara spiritual.
Orang yang menunaikan puasa Ramadan karena iman akan merasa bahagia secara spiritual. Kebahagiaan tersebut muncul sebab ia merasa telah menunaikan perintah Allah, sehingga merasa lebih dekat dengan Allah.Â
Pada akhirnya psikologis spiritualnya tenang dan bahagia, merasa bahwa Allah akan selalu membersamainya dimanapun berada.
2. Bahagia secara emosional
Kebahagiaan emosional tumbuh pada orang yang berpuasa dengan benar. Sebab orang berpuasa itu tidak boleh melakukan hal-hal yang merusak kualitas puasanya, yaitu tidak boleh marah, berdusta, bicara bohong, memfitnah, tidak boleh bicara kotor.
Dengan demikian berpengaruh pada kondisi emosionalnya menjadi lebih baik
3. Bahagia secara fisik.
Fisik orang berpuasa akan sehat sehingga bahagialah ia. Bahkan berpuasa tidak hanya perintah Allah, melainkan juga dari segi medis dianjurkan, seperti misalnya sebelum dilakukan tindakan operasi, sang pasin yang akan dibedah pasti diwajibkan berpuasa.
Secara medis terbukti bahwa berpuasa membuat tubuh lebih sehat. Kadar gula, kolesterol bisa mencapai kadar normal
4. Bahagia secara ekonomi
Harta yang disedekahkan tidak akan berkurang. Sebab tak pernah ada sejarahnya orang yang senang bersedekah dengan ikhlas akan jatuh miskin.Â
Apa yang disedekahkan dengan ikhlas pasti akan kembali, bahkan dikembalikan berlipat ganda. Demikian pula saat Ramadan tiba, umat muslim seperti berlomba bersedekah. Makin sering bersedekah secara ikhlas makin membahagiakan kondisi finansialnua.
5. Bahagia secara sosial
Sebab puasa itu menumbuhkan empati dan rasa kepedulian.
Seperti halnya hadits Rasulullah bahwa barangsiapa yang menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka ia akan menerima pahala setara dengan pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa.Â
Saat bulan puasa biasanya bakti sosial sering diadakan, demikian pula hanya dengan berbuka bersama yatim dan dhuafa atau berbagi makanan sahur dan berbuka bagi musafir dan fakir miskin.Â
Ketika berbagi inilah muncul rasa bahagia karena bisa berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang membutuhkan.
Di akhir ceramahnya Ustadz Habib menegaskan kembali bahwa tidak ada syariat Allah yang sia-sia. Mari menemukan hikmahnya agar hidup tenang dan bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H