Penyeberangan memakan waktu sekitar satu jam. Bosan dong kalau di dalam mobil doang. Usai sholat, kami mencari tempat duduk yang nyaman di dek kapal menikmati pemandangan Selat Bali begitu mempesona, menyaksikan pulau Bali dari kejauhan dan kapal-kapal fery lain yang hilir mudik berlayar.
Takjub menyaksikan perubahan di Pulau Dewata setelah 11 tahun berlalu. Di dekat area pelabuhan Gilimanuk telah berdiri sebuah masjid yang cukup besar. Pasti sangat membantu para pendatang dan pelancong muslim yang butuh rehat dan sholat.
Perjalanan kami menuju penginapan di Sunset Road Legian cukup lancar, hanya ada beberapa titik macet karena keramaian. Beberapa kali bertemu warga muslim yang sedang mempersiapkan takbiran malam hari raya. Sempat mampir kakak di Tabanan sebelum melepas penat di Legian.
Hari berganti, anak-anak bertanya mau sholat Ied dimana? Wajar, tidak seperti di Jawa yang mudah sekali menemukan tempat sholat Ied, baik lapangan maupun masjid, di wilayah perkotaan di Bali terutama di dekat tempat kami menginap tidak tampak kesibukan menyambut Idulfitri. Beruntung akhirnya suami punya ide meluncur ke lapangan Korem 163 Wirasatya, yang biasa menyelenggarakan sholat Idulfitri.
Usai sholat dan sarapan bubur ayam pinggir jalan kami ziarah ke makam ibu mertua, kemudian lanjut ke TMP tempat ayah mertua dimakamkan. Di TMP sempat bertemu keponakan dan kakak yang tinggal di Nusa Dua.
Ziarah ke makam selesai, kami berunding hendak kemana melanjutkan perjalanan "Kita kemana nih Pa, jadi ke Pandawa?" tanya si bungsu. Dan terkabullah keinginannya menikmati birunya laut Pantai Pandawa.