Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Implementasi Hablum Minannas dalam Kehidupan Sehari-hari

20 April 2022   22:44 Diperbarui: 20 April 2022   22:51 2543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah berfirman dalam Al Qurn surat An-Nisa ayat 36 :

"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri."

Dari ayat ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada sesama manusia terutama kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya.

Apakah hablum minannas hanya kepada sesama muslim atau bangsa yang sama?

Allah berfirman dalam Al Qurn surat Al Hujurat: 13

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti."

Hablum minannas artinya hubungan baik dengan sesama manusia, maka jelas bahwa Allah memerintahkan untuk berbuat baik tidak hanya kepada sesama muslim, namun sesama manusia. Ditegaskan lagi dalam Al Qurn surat Al Hujurat: 13 bahwa Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, bukan saling berseteru.

Hendaknya kita mengingat kembali kisah teladan Rasulullah yang berbuat baik dengan menyuapi seorang pengemis buta Yahudi yang lemah meski si pengemis sangat membenci sosok Nabi Muhammad tanpa sebab. Hingga ketika Rasulullah meninggal si pengemis merasa kehilangan dan tak lagi membenci Islam.

Saya juga teringat ceramah Ustadz Abdul Somad di Masjid Al Akbar Surabaya beberapa tahun lalu, bahwa sesungguhnya semua manusia itu bersaudara meski berbeda suku bangsa dan agama.

"Ukhuwwah itu ada ukhuwwah Islamiyah, wathoniyah (kebangsaan/nasionalisme), basyariyah/insaniyah (sesama manusia/makhluk) "Jika sudah sama-sama meyakini Laa ilaha ilallah jangan menganggap paling tinggi, menggunting dalam lipatan, menikam dari belakang. Tak ada seorang pun yang bisa masuk.surga jika dalam hatinya ada sepercik kesombongan. Bagi yang tak seaqidah denganku mungkin engkau bukan saudaraku dalam hal aqidah tetapi engkau saudaraku dalam wathoniyah dan insaniyah" - UAS

Implementasi Hablum Minannas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun