Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Implementasi Hablum Minannas dalam Kehidupan Sehari-hari

20 April 2022   22:44 Diperbarui: 20 April 2022   22:51 2543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beragama dengan akhlak mulia, Sumber: Dokpri

Rasulullah diutus Allah untuk menyempurnakan ajaran-ajaran nabi terdahulu. Tidak hanya bertugas memperkuat pondasi tauhid dan syariat, namun juga memperbaiki akhlak manusia. Salah satu hadits berkaitan dengan akhlak adalah sebagai berikut:

"Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia." (HR. At-Tirmidzi)

Hadits ini mengandung tiga hal penting yaitu:

  • Perintah Allah agar manusia bertaqwa dimanapun kita berada
  • Seruan untuk mengiringi keburukan dengan kebaikan sehingga keburukan itu bisa dihapus oleh kebaikan
  • Seruan untuk memperlakukan sesama manusia dengan  akhlak yang mulia

Jika direnungkan ketiga hal ini adalah cara untuk memperbaiki akhlak yang merupakan sinergi antara beribadah kepada Allah, sekaligus menjalin hubungan baik dengan sesama manusia. Hablum minallah dan hablum minannas memiliki kedudukan yang seimbang di hadapan Allah. Puncak dari agama adalah akhlak, dan cara mewujudkan akhlak mulia adalah dengan beribadah sesuai syariat. Tiga hal yang penting direnungkan dalam hadits tersebut adalah:

1. Bertaqwa dimanapun berada mengandung makna mentaati perintah Allah tanpa melihat tempat, tanpa membedakan apakah sedang bersama orang lain atau sendirian. Insan yang mampu melakukan hal seperti ini adalah orang berakhlak baik, sebab bertaqwa dengan niat karena Allah, bukan berharap pujian manusia.

2. Apakah dosa bisa dihapuskan oleh kebaikan? Hadits ini menjawab pertanyaan kita. Setidaknya semakin memperbanyak berbuat amal kebaikan maka di akhirat nanti timbangan kebajikan akan lebih berat dibandingkan timbangan keburukan dan menyelamatkan kita dari api neraka.

3. Dan perintah Allah yang tak kalah penting adalah menjadi manusia yang baik, berlaku baik pada manusia lainnya. Dari sisi inilah akhlak manusia teruji, apakah ia mampu berbuat baik pada manusia lain, sebab banyak contoh muslim yang rajin menunaikan ibadah berkaitan dengan syariat tetapi kepada sesama manusia kurang baik perlakuannya. Kita diajak merenung apakah rajin sholat, puasa sunnah tapi lisan menyakiti tetangga. Adakah kita mampu berangkat umroh berkali-kali tetapi mengeluarkan zakat, infaq, sedekah terasa berat sekali. Ramadan saatnya merenungkan telah sebaik apa kita menunaikan tugas sebagai khalifah di bumi yang peduli kepada sesama manusia dan lingkungan sekitarnya.

Saya merenung kembali. Bertanya pada diri sendiri tentang hablum minannas dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Jawaban kutemukan dalam Al Qurn, Al Hadits dan nasihat bijak para ulama, dan saya tulis menjadi artikel khusus sebagai pengingat diri.

Temukan Cahaya, Menjadi Sebaik-baik Manusia, Sumber Dokpri
Temukan Cahaya, Menjadi Sebaik-baik Manusia, Sumber Dokpri

Siapa insan manusia yang diutamakan untuk diperlakukan sebaik-baiknya? 

Allah berfirman dalam Al Qurn surat An-Nisa ayat 36 :

"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri."

Dari ayat ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada sesama manusia terutama kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya.

Apakah hablum minannas hanya kepada sesama muslim atau bangsa yang sama?

Allah berfirman dalam Al Qurn surat Al Hujurat: 13

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti."

Hablum minannas artinya hubungan baik dengan sesama manusia, maka jelas bahwa Allah memerintahkan untuk berbuat baik tidak hanya kepada sesama muslim, namun sesama manusia. Ditegaskan lagi dalam Al Qurn surat Al Hujurat: 13 bahwa Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, bukan saling berseteru.

Hendaknya kita mengingat kembali kisah teladan Rasulullah yang berbuat baik dengan menyuapi seorang pengemis buta Yahudi yang lemah meski si pengemis sangat membenci sosok Nabi Muhammad tanpa sebab. Hingga ketika Rasulullah meninggal si pengemis merasa kehilangan dan tak lagi membenci Islam.

Saya juga teringat ceramah Ustadz Abdul Somad di Masjid Al Akbar Surabaya beberapa tahun lalu, bahwa sesungguhnya semua manusia itu bersaudara meski berbeda suku bangsa dan agama.

"Ukhuwwah itu ada ukhuwwah Islamiyah, wathoniyah (kebangsaan/nasionalisme), basyariyah/insaniyah (sesama manusia/makhluk) "Jika sudah sama-sama meyakini Laa ilaha ilallah jangan menganggap paling tinggi, menggunting dalam lipatan, menikam dari belakang. Tak ada seorang pun yang bisa masuk.surga jika dalam hatinya ada sepercik kesombongan. Bagi yang tak seaqidah denganku mungkin engkau bukan saudaraku dalam hal aqidah tetapi engkau saudaraku dalam wathoniyah dan insaniyah" - UAS

Implementasi Hablum Minannas

Bagaimana implementasi hablum minannas dalam kehidupan sehari-hari? Sederhana saja, dengan berbuat baik kepada sesama manusia, yang sulit itu ikhlas dalam berbuat baik tanpa berharap balasan. Banyak cara untuk berbuat baik, antara lain:

  • Mendoakan yang sedang kesulitan

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa doa seorang muslim kepada sesama saudara muslim tanpa diketahui oleh yang didoakan akan diaamiinkan malaikat. Begitu dahsyat kekuatan doa, doakanlah sesama muslim yang sedang sakit atau menderita agar mendapatkan solusi terbaik.

  • Mengulurkan bantuan pada yang kesusahan

Sebisa mungkin bantulah mereka yang sedang kesusahan. Baik itu bantuan materi maupun bantuan non materi. Terkadang orang yang dalam keresahan, kesulitan membutuhkan teman curhat. Dengarkan curahan hati dan hiburlah agar teratasi kesulitannya.

  • Menjaga kelestarian lingkungan

Peduli lingkungan hidup juga menjadi salah satu cara mengimplementasikan hablum minannas. Sebab tindakan merusak lingkungan bisa menyebabkan bencana yang mengancam manusia lainnya.

  • Bersikap ramah dan terbuka untuk bekerja sama.

Sungguh indah ajaran Islam, bahkan tersenyum dan bersikap ramah bisa tergolong dalam sedekah. Sebagai penganut agama Islam yang mengajarkan berbuat kebaikan, umat muslim hendaknya mengingat hadits yang ini agar dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

"Maukah kalian aku tunjukkan orang yang haram baginya tersentuh api neraka?" Para sahabat berkata, "Mau, wahai Rasulullah!" Beliau menjawab: "Yang Haram tersentuh api neraka adalah orang yang Hayyin, Layyin, Qarib, Sahl." (HR. At-Tirmidzi & Ibnu Hibban, dishahihkan Al-Albani).

Hayyin adalah orang yang memiliki keteduhan lahir dan batin. Emosinya stabil dan bijak dalam menghadap permasalahan.

Layyin adalah orang yang lemah lembut, santun dalam bertutur kata dan berbuat. Ia juga tidak suka memaksakan pendapat.

Qarib adalah orang yang ramah, mudah diajak berbicara dan bekerja sama. Wajahnya cerah dan murah senyum.

Sahl adalah orang yang baik hati, tidak mau mempersulit sesuatu dan selalu berusaha membantu orang lain, tidak mau menyusahkan serta sering menemukan solusi untuk permasalahan.

Dapat disimpulkan bahwa orang yang haram tersentuh api neraka adalah orang yang berbuat baik kepada sesama.

Allah memerintahkan umat manusia untuk berbuat kebaikan sepanjang masa. Rasulullah juga memberikan teladan bagaimana berbuat baik terhadap dan peduli terhadap sesama, masihkan kita menjadi manusia yang alpa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun