Kerja pakai seragam asyik aja. Nggak pusing beli baju dan bersaing harga baju dengan rekan lainnya. Masih pada ingat kan kalau kuliah pada pakai baju warna warni, kadang suka minder kalau baju tampak lusuh dan tak bermerk. Waktu belum berseragam, dahulu di kantor saya pernah ditegur HRD Manager.Â
Kata beliau pakaian saya kurang menarik dipandang. Loh padahal saya mengenakan blus yang lumayan baru, hanya saja modelnya memang vintage yang lagi ngetrend saat itu. Tapi memang blus itu bukan keluaran butik atau bermerk. Mungkin HRD managernya tahu hehehe...
4. Hemat
Beberapa perusahaan memberikan baju seragam dengan cuma-cuma pada periode tertentu secara berkala. Artinya jika seragam rusak, kusam sebelum waktu penggantian maka si karyawan harus mengeluarkan uang membeli seragam baru dari saku sendiri.Â
Tapi seragam juga punya poin negatif:
1. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga
Gegara perilaku miring oknum berseragam, satu instansi kena getahnya. Nggak usah jauh-jauh cari contoh deh. Kita ingat sampai ada ungkapan "wercok" alias wereng coklat pada instansi berseragam coklat yang oknumnya sering ditemui melakukan pungli adalah fakta miris yang nyata. Meski yang melakukan hal buruk beberapa oknum saja, tetapi penilaian masyarakat umum tak bisa dipaksa.
2. Ukuran baju seragam tak sesuai badan
Saya pernah mengalami pembagian seragam mendekati akhir masa kerja. Lah gimana, saat itu badan lagi melar usai hamil dan melahirkan. Sedangkan ukuran seragam yang dibagikan tak ada yang lebih besar lagi. Terpaksa dipakailah itu blazer meski sedikit sesak napas.Â
3. Memberatkan jika dibebankan pada karyawan
Bagi karyawan yang perusahaan tempatnya bekerja memberikan seragam secara cuma-cuma tentu tak jadi masalah. Tapi jika biaya seragam dibebankan pada pekerja, tentu menambah beban saja.