Mohon tunggu...
Davi Massie
Davi Massie Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan dan Blogger

If opportunity doesn’t knock, then build a door.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Wanita Tangguh, Barometer Hidupku

6 Desember 2020   23:54 Diperbarui: 7 Desember 2020   00:01 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika usiaku beranjak dewasa, tepatnya memasuki SMA, aku berpikir ingin berubah. Waktu itu aku memilih sekolah di SMIP, karena aku ingin sekali bisa jalan-jalan atau travelling. Aku ingin bergaul dengan banyak orang. Dan aku tahu oma selalu mengusahakan apapun yang aku mau.

Ketika dewasa aku baru kembali mengenal sosok mama. Waktu itu karena adik-adikku makin beranjak besar, mama mulai sering menghubungiku untuk aku bisa mengenal dekat adik-adikku. Ya karena aku memang anak sulung mama.

Sebenarnya aku sedikit kaku ketika kembali ke lingkungan rumah dimana adik-adikku dibesarkan oleh mama. Mungkin ya selama ini aku memang tidak terbiasa disana. Tapi justru ketika aku kembali ke lingkungan rumah, aku belajar tentang arti tanggung jawab. 

Di akhir masa SMA, aku tidak mampu meneruskan kuliah. Aku juga cukup tahu diri dengan kondisi oma yang terbatas saat itu , pun kondisi kedua orang tuaku. Aku memutuskan mencari pekerjaan dengan mengandalkan ijazah SMIP saja.

Bekerja disebuah cafe kecil adalah awal aku memiliki penghasilan sendiri. Sesekali mama bertelepon, mama bilang sekiranya aku bisa sedikit membantu kebutuhan adik-adik. Melihat bagaimana kehidupan mama dirumah membuat aku kini benar-benar mengerti kenapa dulu aku dititipkan kepada oma.

Mama ternyata wanita tangguh. Ditengah Ketidakpastian papa mendapatkan penghasilan bulanan, mama yang justru menjadi pencari nafkah untuk membiayai kebutuhan adik-adikku. Apapun dilakukan mama, berjualan sampai menjadi makelar tanahpun dilakoni, asal ada uang halal yang bisa dibawa pulang.

Barangkali setiap orang memiliki ceritanya masing-masing, aku juga memiliki ceritaku sendiri. Pagi tadi, aku melihat sebuah tayangan tentang konsisi anak pertama yang harus lebih banyak berkorban dan diminta untuk selalu mengerti akan setiap kondisi.

"Kamu harus jadi contoh untuk adik-adik ya". Begitu selalu Mama berpesan. Sebagai anak sulung, aku tentu tak keberatan memenuhi permintaan itu. Sebuah tanggung jawab yang tak ringan memang. Tapi aku merasa tertantang untuk melakukan hal sulit tadi.

Mama memang seorang ibu rumah tangga. Waktu dan tenaga hanya didedikasikan untuk keluarga. Namun mama tetap aktif berkegiatan di luar dengan banyak kegiatan bisnis rumahan yang ia lakukan untuk menyokong perekonomian keluarga. Di tengah kesibukan tadi, mama tetap memperhatikan adik-adikku.

Kadang-kadang aku berpikir, bagaimana caranya mama bisa setangguh itu. Pertanyaan itu akhirnya terjawab sendiri ketika aku mulai banyak waktu untuk tinggal dengan mama. Apapun yang dilakukan, selama kita ikhlas pasti akan terasa lebih ringan. Dan mama melakukan semua tadi dengan penuh cinta.

Ya Tuhan, ternyata Engkau sudah mengirimkan seorang ibu terbaik untuk hidupku. Perempuan yang aku panggil Mama. Orang yang seolah kuat namun terkadang juga rapuh. Sangat manusiawi. Sebab ia tetaplah manusia biasa. Seorang yang dulu tidak aku kenal, kini aku pahami lebih dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun