Reaksi setiap kita ketika diperhadapkan pada kondisi seperti sekarang ini tentu berbeda-beda. Panik memang bukan ide yang baik, namun tentu saja masuk akal untuk mengkhawatirkan dampak pandemi ini pada kondisi keuangan dan kesehatan fisik kita.Â
Saya sendiri tidak menganggap bahwa kesehatan itu di atas keuangan. Ataupun sebaliknya, karena keduanya berkaitan.
Dalam artian, jangan karena menganggap kesehatan lebih penting dibanding uang, lalu memborong segala jenis produk dan alat kesehatan. Ada pula yang habis membelanjakan uangnya demi menimbun kebutuhan pokok.
Padahal reaksi atas kekhawatiran yang sangat berlebihan ini pada akhirnya membuat ekonomi masyarakat menjadi lebih kacau. Harga barang naik, padahal daya beli melemah. Dan ini memukul bukan saja sisi suplai tapi juga sisi permintaan.
Kenyataannya musibah wabah semasif pandemi Covid-19 ini, mendorong semua organisasi bisnis tanpa terkecuali untuk memutar otak memastikan keuangan usahanya tetap sehat. Memastikan agar mereka tetap bertahan ditengah krisis.Â
Pemerintah pasti juga berupaya dengan maksimal supaya kondisi perekonomian masyarakat tidak lumpuh. Pemerintah melalui Bank Indonesia selaku garda terdepan penjaga stabilitas sistem keuangan, melakukan berbagai upaya untuk menjaga agar sistem keuangan tetap stabil.
Namun upaya tersebut tentu tidak akan berjalan secara optimal bila tidak didukung semua pihak, termasuk masyarakat. Masyarakat yang mana? ya kita semua, saya dan kamu.
"Apa iya saya bisa berperan dalam membantu menjaga stabilitas sistem keuangan?."
Kebanyakan dari kita pasti jawab, "ah saya kan bukan pengusaha, sayakan hanya ibu rumah tangga biasa". Atau "eh, saya hanya pegawai bawahan lho dengan gaji pas-pasan", pas gajian pas langsung habis hehehe.
Ibu, bapak, kakak, mas, mbak, sekecil apapun upaya yang kita lakukan untuk ikut membantu menjaga stabilitas sistem keuangan, akan terasa manfaatnya. Yang terpenting lagi adalah mempersiapkan sebanyak mungkin yang kita bisa lakukan untuk terus bertahan hidup ditengah Ketidakpastian ini.