Tahun 2020 menjadi tahun yang cukup sulit. Padahal belum juga sampai setengah dari tahun ini berjalan. Tapi rasanya energi yang diserap dari hidup kita seperti sudah membuat kita tersengal-sengal.Â
Pandemi virus corona merebak sejak awal bulan Maret di Tanah Air. Namun dampaknya telah memukul berbagai sudut ekonomi. Pandemi Covid-19 ini seperti pilihan buah simalakama. Yaitu berada antara dua pilihan yang sama tidak enaknya. Antara mati karena virus atau mati karena kelaparan.Â
Sejumlah negara menerapkan "lockdown". Kegiatan penduduk setempat diisolasi penuh. Namun kebijakan ini bukan tanpa konsekuensi. Terbukti beberapa negara yang tidak siap secara finansial malah berujung pada krisis kemanusiaan. Penduduk yang sudah miskin, ditambah kesulitan untuk bekerja akhirnya harus hidup kelaparan.
Berbeda dengan negara lain, PSBB atau Pembatasan Sosial Bersekala Besar menjadi langkah yang diambil pemerintah Indonesia.Â
Imbauan untuk tinggal #DiRumahAja mulai dari bekerja, bersekolah, hingga beribadah, membuat kita tentu bisa menebak kondisi seperti apa yang dihadapi kelas pekerja. Karena tidak sedikit pelaku bisnis yang kelimpungan menghadapi krisis yang mulai nampak di depan mata.
Ini juga seperti pukulan telak, khususnya buat para pekerja harian yang terancam kehilangan penghasilan mereka. Tidak sedikit pula perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja pada karyawannya, karena aktivitas bisnis yang secara tiba-tiba harus terhenti.
Bayangkan saja, pandemi Covid-19 ini telah meruntuhkan sektor produksi dan konsumsi dalam mata rantai pasokan skala nasional. Konsumsi rumah tangga anjlok, Â padahal justru 59% nya berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
Selama wabah belum berujung, niscaya kondisi perekonomian belum bisa kembali normal. Sekarang pertanyaannya tentu, "apa yang bisa dilakukan ditengah ketidakpastian kapan pandemi ini berakhir?".