Aku berharap Ia tak akan menoleh kembali ke belakang,
Tempat dimana Ia pernah diremukkan,Â
Kini biarlah dia dibentuk menjadi baru, memiliki hidup yang sebenarnya.
***
2 tahun yang terlewati ketika Rey mencoba bangkit dari masa-masa itu. Musik menjadi satu-satunya pelarian. Setiap melodi yang keluar dari setiap petikan gitarnya, telah mampu membebat setiap luka di batinnya.Â
"Hei Rey, gimana kalau kita lanjutkan tentang lagu-lagunya?"
"Lanjutkan?", Jawab Rey yang tiba-tiba tersentak karena suaraku membuyarkan lamunannya.
"Melodi yang baru saja kamu mainkan barusan belum selesaikan?" aku tersenyum lebar. "Kamu hanya bersenandung Rey, bahkan kamu belum menamainya."
"Hehehe...kamu mau bantuin aku? Oh iya sekalian pilih beberapa lagu yang akan aku nyanyikan di penampilan perdanaku pekan depan di Cafe itu," lanjut Rey.
"Okay, apa kamu sudah memikirkan judulnya?" tanyaku penasaran, memikirkan apa judul yang akan Rey buat kali ini.
"Lilac..." sahut Rey sambil menatap tajam ke arah ku.