LOVINA, yeah ada yang pernah denger apaan tuh LOVINA?
Yang jelas LOVINA ini bukan nama manusia, hewan, maupun tumbuhan. LOVINA, sebuah nama tempat yang kece begete. Asli... aku liat pake mata kepalaku sendiri! sumpah! Tadi pagi di salah satu program televisi swasta di Indonesia, “My Trip, My Adventure”, (14/6). *lol
Penasaran akan pesona LOVINA, langsung saja aku googling dengan memasukan kata kunci 'pantai lovina'. Weeehh keluar deh tuh seabrek informasi pantai LOVINA. Lokasinya berada di pulau yang tersohor dengan sebutan pulau dewata Bali. Tepatnya, terletak sekitar 9 Km sebelah barat kota Singaraja, Kalibukbuk, Buleleng-Bali.
Ya... lagi-lagi pulau Bali tak ada habis-habisnya memunculkan pesonanya. Emank ni pulau demen banget TePe-Tepe alias Tebar Pesona. Kali ini yang disuguhkan LOVINA: aktraksi Lulu (lumba-lumba, dipanggil Lulu saja, biar kece) liar yang berada di tengah laut, sekitar 2 Km dari bibir pantai. Ngiler pingin kesana, lampu ajaib... mana lampu ajaib??
Agar mencapai ke tengah laut dapat menggunakan perahu. Di pinggiran pantai banyak perahu yang diwesakan. Jumlah penumpang maksimal 5 orang (orang dewasa). Langsung meluncur deh ke tengah laut. Atau bisa aja nyebur pake kostum Lulu, biar dikira temen se-spesies.
Untuk dapat menikmati aktraksi Lulu, biasanya pagi dan sore hari. Kalau pagi pada pukul 6-8, maka dari itu beragkat pun harus lebih awal, dan sore hari menjelang senja terbenam. Lulu merupakan hewan mamalia air yang hidup berkelompok. Mereka tidak akan beraksi apabila perahu-perahu terlalu dekat dengan mereka.
Wahhh,, makanya banyak pelancong lokal maupun interlokal yang tersepona *sengaja* oleh LOVINA. Tadi di program tv “My Trip, My Adventure” (14/6), terdapat bebrapa perahu yang ditumpangi pelancong yang berantusias menyaksikan Lulu beraksi.
SEJARAH (singkat) LOVINA
Info dari laman online wikipedia, LOVINA dibangun pada 1953, oleh Anak Agung Panji Tisna. Yang terinspirasi dari perjalanan di beberapa negara di Eropa dan Asia. Namun, keraguan muncul dari para pengamat bisnis dan budaya lokal, pembangunan LOVINA tidak berjalan sesuai harapan.
Hingga pada 1959, LOVINA dijual kepada Anak Agung Ngurah Sentanu. Setelahnya pun tidak ada perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Tidak banyak pelancong yang bertandang ke sana.