Mohon tunggu...
Duta Smaradana
Duta Smaradana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Local Bossism dan Pengaruhnya Pada Produksi Kopi

6 Januari 2022   22:55 Diperbarui: 6 Januari 2022   23:19 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terlebih lagi, banyak masyarakat yang hanya ‘menurut’ dikarenakan hidup mereka bergantung pada strongman yang berkuasa di daerah tersebut.

Isu local strongman juga dijumpai di Desa Loa, Kabupaten Bandung tempat saya menghabiskan satu bulan terakhir meneliti perihal program perhutanan sosial yang diimplementasikan di daerah tersebut. Local strongman di Desa Loa hadir dalam bentuk tengkulak yang memonopoli seluruh hasil tani masyarakat Loa. 

Berdasarkan cerita-cerita dari masyarakat sekitar, 12 tengkulak yang berkuasa dan memonopoli distribusi komoditas unggulan Desa Loa yaitu Kopi.

Banyaknya tengkulak yang berada di satu daerah tersebut yang menjadikan para petani kopi tidak mendapatkan imbalan yang setimpal dengan apa yang terlah mereka lakukan semasa bertani kopi. Para tengkulak tersebut juga bekerja sama dengan kompak menawarkan harga pembelian ceri yang sama. 

Ceri merupakan istilah buah kopi yang masih berwarna merah sebelum melalui proses roasting dan lainnya. Para petani tersebut pun terpaksa menjual ceri hasil panen mereka ke tengkulak tersebut dikarenakan mereka tidak mempunyai pilihan lain. Hanya tengkulak yang memiliki alat yang dapat memproses biji ceri untuk bisa dijual ke pasar. 

Sementara petani belum mempunyai alat tersebut dan untuk membeli alat tersebut pun tidak mudah dikarenakan harganya yang cukup mahal.

Keterbatasan yang mereka miliki menjadi sebuah kelemahan yang terus menerus dieksploitasi oleh para tengkulak. Permasalahan yang terus menerus mengulang tersebut yang dieksploitasi para tengkulak untuk meraup keuntungan. Namun, perlahan monopoli yang dilakukan oleh para tengkulak menghilang. 

Hal tersebut dimulai ketika pembangunan koperasi Desa Loa yang didalamnya menghimpun seluruh petani kopi di desa tersebut. 

Selain itu, adanya bantuan-bantuan dari pihak eksternal berupa mesin-mesin roasting yang menjadikan para petani tidak harus menjual seluruh buah ceri ke tengkulak. 

Petani bisa mengolah ceri tersebut di koperasi walaupun koperasi sendiri belum mampu mengolah seluruh hasil panen dari petani.

Local strongman yang ada di Desa Loa memang bukan berupa sebuah tokoh yang memiliki pengaruh politik yang kuat. Walaupun tidak memiliki pengaruh politik yang kuat, para tengkulak memiliki power yang kuat sehingga mereka dapat memonopoli hasil panen masyarakat desa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun