Lia Ujung Tri Utami
Duta Inspirasi Indonesia Maluku
Surat Cinta Kasih untuk Indonesia
Waktu yang sungguh panjang kita lalui bersama, susah pelik di tengah erangan pandemi. Sedikit Sukar memang menyatakan bahwa semua akan segera membaik saat itu, tapi nyatanya kata sukar tertepis cukup baik dengan tangan-tangan kita. Kita percaya diri bahwa semua akan baik-baik saja.
Di dataran rendah para petani sempat terdesak akibat banyaknya bahan penunjang keberlangsungan pertanian melonjak tinggi. Nelayan-nelayan menangisi laut yang sepi akibat ikan-ikab social distancing 'konon' . Belum lagi, para peternak mulai khawatir hewan ternaknya terjangkit juga Covid-19, bukankah akan lebih sulit bila begitu? Sedangkan di kota, bagaimana di kota? Iya, di kota besar yang tersebar di Indonesia semua tak hirau pasal masker, jarak aman berbicara dan berkontak sosial. Ah, mungkin tidak peduli. Katanya hanya flu biasa.
Nyatanya, ratusan ribu orang tumbang dengan angka meningkat hari demi hari, detik demi detik. Siapa yang salah? Kita? Padahal di pinggiran orang-orang bersusah payah membantu memenuhi kebutuhan kita, benar bukan?
Ketika semua gempar dengan keadaan semakin memburuk, Indonesiaku mulai sakit. Mereka lupa bahwa masker yang telah digunakan harusnya dibuang dengan layak. Bukan malah diletakkan di sungai dan hanyut hingga ke laut. Ada pula yang bercerita barang medis bersepah katanya tanpa protokol yang benar.
Sakit memang sudah. Mau bagaimana lagi, inikan Indonesia. Ujarnya.
Syukurlah, pandemi berubah endemi. Aku yang melihatmu terbatas layar hari ini lebih leluasa untuk berinteraksi secara nyata. Syukurlah, hal ini sedikit menampar tangan jahil penghuni Indonesia untuk sadar sejenak. Iya, semoga sejenak sudah sangat cukup mencubit kenakalan orang-orang.
Ya, paling tidak sadar sedikit bahwa Kita sedang berusaha memberikan yang tebaik untuk negeri ini. Paling tidak hormati tanah tempatmu berpijak, sayangi makhluk disekitar pandangmu atau mungkin sayangi udara yang kamu gunakan secara cuma-cumasaat ini. Sebelum harganya menjadi cuman lima juta pertabung lima mililiter.
Anggini Sitti NubalishaÂ