Mohon tunggu...
Duta Inspirasi Library
Duta Inspirasi Library Mohon Tunggu... Mahasiswa - Duta Inspirasi Indonesia Library Batch 7
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

DIL , Bergerak Dengan Literasi, Membangun Semangat Inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat untuk Indonesia (Suara Anak Muda Indonesia)

19 Juni 2022   10:41 Diperbarui: 19 Juni 2022   10:57 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Lia Ujung Tri Utami

Duta Inspirasi Indonesia Maluku

Surat Cinta Kasih untuk Indonesia

Waktu yang sungguh panjang kita lalui bersama, susah pelik di tengah erangan pandemi. Sedikit Sukar memang menyatakan bahwa semua akan segera membaik saat itu, tapi nyatanya kata sukar tertepis cukup baik dengan tangan-tangan kita. Kita percaya diri bahwa semua akan baik-baik saja.

Di dataran rendah para petani sempat terdesak akibat banyaknya bahan penunjang keberlangsungan pertanian melonjak tinggi. Nelayan-nelayan menangisi laut yang sepi akibat ikan-ikab social distancing 'konon' . Belum lagi, para peternak mulai khawatir hewan ternaknya terjangkit juga Covid-19, bukankah akan lebih sulit bila begitu? Sedangkan di kota, bagaimana di kota? Iya, di kota besar yang tersebar di Indonesia semua tak hirau pasal masker, jarak aman berbicara dan berkontak sosial. Ah, mungkin tidak peduli. Katanya hanya flu biasa.

Nyatanya, ratusan ribu orang tumbang dengan angka meningkat hari demi hari, detik demi detik. Siapa yang salah? Kita? Padahal di pinggiran orang-orang bersusah payah membantu memenuhi kebutuhan kita, benar bukan?

Ketika semua gempar dengan keadaan semakin memburuk, Indonesiaku mulai sakit. Mereka lupa bahwa masker yang telah digunakan harusnya dibuang dengan layak. Bukan malah diletakkan di sungai dan hanyut hingga ke laut. Ada pula yang bercerita barang medis bersepah katanya tanpa protokol yang benar.

Sakit memang sudah. Mau bagaimana lagi, inikan Indonesia. Ujarnya.

Syukurlah, pandemi berubah endemi. Aku yang melihatmu terbatas layar hari ini lebih leluasa untuk berinteraksi secara nyata. Syukurlah, hal ini sedikit menampar tangan jahil penghuni Indonesia untuk sadar sejenak. Iya, semoga sejenak sudah sangat cukup mencubit kenakalan orang-orang.

Ya, paling tidak sadar sedikit bahwa Kita sedang berusaha memberikan yang tebaik untuk negeri ini. Paling tidak hormati tanah tempatmu berpijak, sayangi makhluk disekitar pandangmu atau mungkin sayangi udara yang kamu gunakan secara cuma-cumasaat ini. Sebelum harganya menjadi cuman lima juta pertabung lima mililiter.

Anggini Sitti Nubalisha 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun