"Ke rumah sakit ingin mengecek darah, mungkin juga panasnya karena penyakit lain, seperti tifus," ujar Masyuri.
Menurut keterangan Masyuri, pihak rumah sakit mengatakan, meskipun hasil swab test negatif tapi sang suami memiliki kontak erat dengan pasien terinfeksi Covid-19. Karena itulah pihak rumah sakit swasta tidak berani untuk mengambil tindakan selanjutnya.
Setelah pertama kali mendapatkan penolakan, keesokan harinya, Boni segera menuju rumah sakit rujukan Covid-19. Meskipun telah menunjukan hasil swab test-nya, kesan penolakan kembali dirasakan oleh Boni.
"Pas ketemu dokter, si dokter enggak mau. Alesannya masih ada gejala dan masih masuk masa inkubasi," jelas Masyuri.
Meskipun mendapatkan nada penolakan, Masyuri menambahkan, pihak rumah sakit mengarahkan sang suami untuk mengunjungi poli khusus yang menangani penyakit Covid-19.
Sesampainya di poli, kekecewaan kembali dirasakan oleh Boni. Pasalnya, sang suami yang telah menunggu dari pagi hingga siang hari tidak mendapatkan perawatan apapun.
"Udah antri di poli sampe dzuhur udah tanya alurnya tapi sang suami ngerasa enggak jelas antriannya, karena enggak ada nomor antrian atau apalah gitu dan enggak tau kapan dipanggil. Terus karena kondisi (sang suami) lagi engga fit disuruh antri sama yang suspect corona jadi takut-takut gitu," jelas Masyuri.
Karena anterian yang tidak jelas, terbesit dipikiran Boni untuk menelfon dokter yang disediakan oleh tempatnya bekerja.
"Akhirnya (Boni) menelfon dokter kantor, dokter kantornya nyuruh Boni untuk tes darah sama rontgen di salah satu klinik laboratorium," ujar Masyuri.
Mendapatkan perintah dari sang dokter, ia segera bergegas menuju ke klinik laboratorium terdekat di kota penyangga Jakarta.
Sesampainya di sana, pihak klinik mengatakan tempatnya hanya bisa melayani untuk tes darah dan tidak memiliki alat untuk rontgen. Pihak klinik yang dikunjungi Boni menambahkan, jika ini melakukan rontgen sebaiknya datang ke klinik cabang Jakarta Timur.