Mohon tunggu...
Duta Aulia
Duta Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja.

Mata dua mulut satu.

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Ini Sosok Guru serta Senior Valentino Rossi dan Marc Marquez

23 Agustus 2019   16:46 Diperbarui: 23 Agustus 2019   16:45 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembalap MotoGP, Valentino Rossi rasanya sudah tidak asing lagi bagi para pencita olahraga balap motor. Berkat kemampuannya di dunia balap internasional, Rossi sukses menjadi idola bagi setiap kalangan.

Di balik kesuksesnya bersama motor Yamaha, pria yang mempunyai julukan The Doctor ini diprediksi oleh pengamat MotoGP, Alex Hofmann akan mengalami kesulitan untuk menemukan titik balik pada paruh kedua di MotoGP 2019.

Meskipun di musim 2019 performa The Doctor tidak begitu baik, namun rasanya ia harus berpuas diri. Pasalnya di usia yang sudah menginjak 40 tahun, ia sukses mendapatkan segudang prestasi melalui balap motor Internasional.

Namun di balik kesuksesnnya, ternyata ada sentuhan seniornya di dunia balap motor Internasional. Dikutip dari Harian Kompas, edisi 22 September 2002, Michael Doohan yang merupakan senior sekaligus sebagai "guru" dari Rossi, menyebut The Doctor sebagai "Anak Ajaib".

Julukan dari sang legenda asal Australia dikemukakan setelah Rossi sukses mendapatkan gelar pertamanya menjadi juara GP Inggris di Sirkuit Donington Park untuk kelas 500cc. Semasa hidupnya, Doohan pernah menjadi manager The Doctor pada 1999.

Menariknya, karena keahlian dan bakat alami yang dimiliki The Doctor, ia sukses mendapat banyak gelar juara. Bahkan, kesuksesan tersebut tidak terlepas dari polesan sang legenda Doohan.

Layaknya Rossi, ternyata Doohan juga memiliki cerita tersendiri yang menarik untuk di kulik ketika masih aktif memacu kuda besi.

Sepanjang karirnya, Doohan juga memiliki rival yang patut diperhitungkan, yaitu Schwantz dan Cadalora.

"Schwantz dan Cadalora itu lawan tangguh," ujar Doohan dikutip dari Harian Kompas, edisi 4 Juli 1994.

Bisa dikatakan meskipun memiliki rival yang patut diperhitungkan, hasrat Doohan untuk mengikur  prestasi tidak pernah surut. Ia dengan motor Honda sukses membuktikan ketika mendapatkan gelar juara dunia selama lima musim berturut-turut, mulai dari 1994, 1993, 1995, dan 1998 di kelas 500cc.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun