Mohon tunggu...
Duta Aulia
Duta Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja.

Mata dua mulut satu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Porter Stasiun

16 November 2018   20:29 Diperbarui: 1 Mei 2019   21:00 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, bapak berangkat kerja dulu yah," ujar Pak Boni sambil menyelesaikan silpul terahir tali sepatunya.

"Ohiya hati-hati yahh pak, jangan sampai kecapean pak," sang istri pun segera berjalan menuju Pak Boni dan mengantarkannya hingga depan rumah.

"Bilang sama ade, bapak berangkat kerja dulu dan suruh ade jangan sampai terlambat masuk sekolah!" perintah Pak Boni untuk sang istri.

"Iya pak, nanti ibu sampaikan ke ade," ujar sang istri sambil merapihkan kerah Pak Boni.

Setelah berpamitan, Pak Boni segera menaiki angkutan umum untuk menuju ketempat kerjanya di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Jarak antar rumah Pak Boni dengan tempatnya tidak begitu jauh, cukup menggunakan 1 kali angkutan umum dengan waktu tempuh 15 menit. Sesampainya di stasiun, ia segera berdiri di sekitar tempat parkir mobil. Pak Boni sendiri berkerja selama 5 tahun sebagai kuli angkut di kawasan Stasiun Pasar Senen. Meskipun menjadi kuli angkut, ia tetap masuk tepat waktu, tidak jarang ia masuk sebelum waktunya.

Di sekitar parkir mobil, ia menawarkan jasanya ke pada para penumpang kreta api yang membawa barang bawaan yang begitu banyak. Satu dua penumpang dihampirinya, akan tetapi mereka menolak begitu saja jasa yang diberikan oleh Pak Boni. Tanpa patah semangat, Pak Boni mencoba menghampiri para penumpang yang mulai berdatangan ke Stasiun Pasar Senen. 

Namun, ia kembali mendapatkan penolakan dari para penumpang. Setelah tiga jam berada di sekitar parkiran mobil, ia memutuskan untuk berpindah ke dalam stasiun dan menawarkan jasanya kepada penumpang yang baru tiba di stasiun akhir Pasar Senen. Kreta antar provinsi pun silih berganti, namun rejeki belum juga menghampiri Pak Boni.

Setelah cukup lama menunggu di dalam stasiun, pak Boni akhirnya mendapatkan penumpang yang ingin menggunakan jasanya. Begitu banyak barang bawaan yang dibawa oleh penumpang tersebut, 1 koper, 1 ransel, dan 2 kerdus mie instan yang pastinya isinya bukan mie instan. 2 kerdus dan 1 koper berukuran besar dan begitu berat dipikulnya, dengan posisi 1 kerdus berada di pundak kirinya, dan yang lainnya di tangan kanannya. Tanpa kenal lelah, ia memikul barang bawaan penumpang dari dalam kreta ke luar stasiun. Setelah menyelesaikan tugasnya, pak Boni pun mendapatkan bayaran dari penumpang sebesar Rp.30.000 untuk sekali angkat. 

Setelah mendapatkan satu pelanggan, ia kembali mencari penumpang di sekitar parkiran stasiun. Namun perut pak Boni berkata lain, perutnya sudah menunjukan untuk segera diberikan asupan agar tetap  memiliki tenaga. Mengikuti permintaan si perut, Pak Boni lekas berjalan menuju sebuah warung makan sederhana. Ia memesan makanan 1 porsi nasi dengan lauk tempe dan telur seharga Rp10.000. Dosa bagi pak Boni jika sehabis makan ia tidak merokok. Memang kebiasaan ngerokok setelah makan sudah dilakukannya selama bertahun-tahun dan memberikan kenikmatan tersendiri baginya.

Setelah selesai makan, ia segera kembali ke stasiun untuk mencari penumpang. Namun, Dewi Fortuna nampaknya belum berpihak ke Pak Boni. Bayangkan saja setelah makan dan menunggu kurang lebih empat jam, ia belum juga mendapatkan penumpang yang ingin menggunakan jasanya. Menjelang magrib tiba-tiba terlitas dipikiran pak Boni, "Padahal kondisi stasiun saat ini sedang ramai tetapi ko susah sekali mendapatkan penumpang."

Setelah dibingungkan dengan keadaan tersebut, ia mencoba bertanya ke teman seprofesinya "Ton, sekarang hari apa sih?"

"Jumat Bon tapi tanggal merah," saut Toni.

"Pantes sepi penumpang," ujar Pak Boni.

Kondisi tersebut sudah tidak menjadi hal baru bagi Pak Boni, karena setiap long weeken kemungkinan besar sepi penumpang yang ingin menggunakan jasanya. Dalam pikiran Pak Boni "Pantas saja long weeken, jadi banyak penumpang yang barang bawaanya hanya rasel dan pastinya ga pengen menggunakan jasa angkut." Setelah bersendagurau dengan teman satu profesinya, ia mendapatkan penumpang yang ingin menggunakan jasanya. Tanpa pikir panjang, ia segera mengangkut barang bawaan penumpang untuk diangkut dan ditata di dalam kreta.

Setelah melayani penumpang tersebut dan mendapatkan bayaran Rp.30.000, ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Setelah sampai rumah, sang istri dan anak dengan senyum yang begitu indah menyambut kepulangan pak Boni. Sesampainya di rumah, Pak Boni lekas bersih-bersih dan bertegur sapa dengan anaknya. Setelah itu, ia segera masuk ke kamar dengan sang istri untuk melepas letih dengan pekerjaannya. Sebelum tertidur, Pak Boni memberikan uang sebesar Rp. 45.000 kepada sang istri.

"Maaf bu, bapak cuma bisa bawa pulang segini," ujar bapak sambil mengeluarkan uangnya dari kantung celana kerjanya.

"Iya gapapa pak, tetap ibu terima ko tapi ko cuma sedikit pak? Padahal hari biasanya bisa lebih banyak pak," saut sang istri.

"Biasa bu, hari ini adalah long weekend jarang penumpang yang mau memakai jasa bapak, banyak juga penumpang yang rata-rata masih muda dan menggunakan ransel, pastinya mereka ga membutuhkan jasa bapak." Pak Boni menjelaskan sambil merebakan badannya di ranjang.

"Oh begitu, alhamdullilah setidaknya tuhan masih memberi rejeki ke kita pak," saut sang isti yang juga ikut merebakan badangnya di ranjang.

"Iya bu," ujar Pak Boni.

"Ya udah, sekarang bapak pasti capekan? Sini aku pijitin," sang istri lalu memijitkan Pak Boni dan mematikan lampu kamar.

"Terimakasih bu," kata Pak Boni menikmati pijitan sang istri.

Akhirnya Pak Boni dan sang istri mulai tertidur lelap. Tetapi tanggung jawab pak Boni sebagai kepala keluarga masih belum selesai, ia harus tetap bekerja menjadi kuli angkut untuk menafkahi keluarganya. Semoga kisah ini mengispirasi para pembaca.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun