Mohon tunggu...
Rafika Desylia Athaya Rabani
Rafika Desylia Athaya Rabani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ambisius dan Berkompetensi pada diri sendiri Hobi : Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Sosial-Budaya Sebagai Dinamika Dalam Masyarakat Indonesia

13 September 2023   19:24 Diperbarui: 13 September 2023   20:01 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.sutori.com/story/historical-timeline-the-paleolithic-era-to-the-roman-republic--3B75Pg6vmDkF2C1CZ4GXPnUv

A. PENDAHULUAN

     Perkembangan kehidupan sosial manusia merupakan hukum dan ketetapan sejak lahir dari perbedaan demografi, dinamika sosial, pola komunikasi antar negara dan perkembangan teknologi yang melahirkan budaya-budaya baru di setiap zaman, yang kemudian diadopsi oleh individu menjadi sikap dan perilaku hingga menjadi kebiasaan. Kemudian dari kebiasaan-kebiasaan pribadi tersebut diterima sebagai kebiasaan masyarakat dan akhirnya menjadi ciri budaya yang diterapkan dalam kehidupan sosial atau  kehidupan bermasyarakat. Transformasi sosial budaya dapat dipahami sebagai perubahan besar dan menyeluruh dalam bentuk dan karakteristik pada masyarakat, dari satu keadaan ke keadaan lain untuk masyarakat menjadi lebih baik dan maju.

     Menurut Umar Kayam Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada menegaskan bahwa Tulisan ini terfokuskan pada pandangan Umar Kayam tentang gagasan yang berkaitan dengan budaya. Transformasi dengan kebudayaan asing yang telah terjadi sejak awal abad pertama. Pemikiran Umar Kayam seolah mengajak kita untuk membebaskan berbagai  budaya lokal nusantara agar dapat berkembang tanpa dibayangi atau dibatasi oleh satu wacana pun. Dari pertemuan berbagai budaya yang ada di Indonesia diharapkan akan muncul dinamika yang memacu kreativitas budaya Indonesia.

     Transformasi sosial budaya dapat dipahami sebagai perubahan besar dan menyeluruh dalam bentuk dan karakteristik pada masyarakat, dari satu keadaan ke keadaan lain untuk masyarakat menjadi lebih baik dan maju. Menurut Umar Kayam, transformasi besar kebudayaan Indonesia mencakup dua jalur transformasi yang utama dan berkaitan, yaitu: 

1) Transformasi kebudayaan Indonesia yang menarik budaya etnik ketatanan budaya Negara-kebangsaan, 

2) Transformasi kebudayaan Indonesia membawa budaya pertanian tradisional sejajar dengan budaya industri modern.


B. Pengertian Transformasi Sosial-Budaya

     Transformasi Sosial-Budaya sebagai suatu dinamika budaya dalam peradaban  manusia memerlukan suatu proses yang panjang dan progresif, tidak selalu secara langsung dan berjalan lurus, terbagi dari satu tahap ke tahap lainnya. Tahapan transformasi tersebut kemudian melahirkan suatu tipe masyarakat dengan bentuk kehidupan dan ciri khasnya masing-masing. Oleh karena itu, perubahan sosial budaya terjadi dari satu masa ke masa yang lain, pada suatu waktu atau  waktu lain, di suatu tempat atau  tempat lain, secara tidak merata. Para sosiolog telah menyederhanakan pemahaman tentang transformasi Sosial-Budaya atau dinamika budaya atau evolusi dan transformasi, sehingga menciptakan suatu tipe masyarakat dalam  tipe masyarakat yang ada hingga saat ini, baik modern maupun pra-modern atau jenis masyarakat industri, sebagaimana disampaikan berikut ini:

  •  Tipologi  Masyarakat  Pra-industrial

Perubahan masyarakat berlangsung  dari  zaman  ke zaman  melalui transformasi sosial-budaya telah menghasilkan lima tipe masyarakat praindustri (preindustrial societies) dan industrial (industrial societies), yaitu sebagai berikut:

  • Masyarakat Pemburu-Pengumpul (Hunting & Gathering Societies), terdiri  dari segerombolan kecil orang-orang   nomadik yang berpindah-pindah dan mengandalkan kehidupannya dari berburu binatang, menangkap ikan, mengumpulkan tanaman yang dapat dimakan. Perbedaan antar anggota masyarakat dapat dilihat dari perbedaan tingkatan atau jabatan terbatas pada umur dan jenis kelamin. Laki-laki memiliki peran berburu binatang atau menangkap ikan, sedangkan wanita mengumpulkan bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan. kelebihan personal yang dimiliki berdasarkan ketrampilan dan kemampuan personal merupakan suatu bentuk  keunggulan yang tak  bisa  secara  sosial ditularkan kepada anak-anak keturunannya, mereka kira-kira hidup sejak  50.000 - 7000  tahun SM dan sekarang hampir punah.
  • Masyarakat   Penggembala (Pastoral Societies),  merupakan  masyarakat  yang  tergantung pada pemeliharaan binatang ternak untuk bahan makanan sendiri, jumlahnya antara beberapa ratus orang sampai ribuan orang, mereka ditandai oleh perbedaan khusus dan dipimpin oleh para kepala kelompok dan raja-raja perang, masa mulai hidupnya sama dengan masa hidup masyarakat pertanian desa, dan sekarang sebagian besar menjadi bagian dari pemerintahan masyarakat yang besar, dan cara-cara  hidup  tradisional mereka menuju kepunahan.
    https://www.pinterest.com/pin/392587292490816153/
    https://www.pinterest.com/pin/392587292490816153/
  • Masyarakat Pertanian  Desa (Village Agrarian  Societies),  menurut  Giddens  (1991:54),   masyarakat pertanian adalah masyarakat yang terbentuk komunitas-komunitas pedesaan yang kecil dengan mata pencaharian utamanya bertani, berburu binatang atau ikan dan mengumpulkan tanaman, dan ditandai dengan perbedaan  yang lebih tajam daripada masyarakat pemburu dan pengumpul, dan dipimpin oleh para  kepala (chiefs) mereka hidup sejak  12.000 tahun sampai sekarang, dan sebagian besar telah menjadi bagian  dari  satuan politik dan pemerintahan sehingga   kehilangan  identitas khususnya.  Sedangkan menurut Ritzer  (1979:  233-4) menyebutkan bahwa masyarakat pertanian desa adalah yang menguasai peradaban  dari  masa tahun 3000 SM -1800 M, dengan lahan pertanian yang sangat luas dan tempat-tempat tinggal permanen sehingga menghasilkan hasil panen berlimpah yang dimungkinkan dapat berinovasi dengan teknologi seperti alat pertanian bajak yang secara efisien ditarik oleh   hewan.   Dan juga menurut Lenski (1966) juga mencatat pada masyarakat pertnian mengalami peningkatan produksi dan kelebihan pangan yang tajam dalam masyarakat pertanian  ini sehingga terjadi kemajuan dalam transportasi, komunikasi, perteknikan,  dan  teknologi  militer. Begitu pula dengan bentuk relasi kekuasaan baru dalam hubungan kekuasaan muncul dalam wujud negara-kota, kekuasaan birokrasi atau feodalisme sehingga menyebabkan berkembangnya kelompok-kelompok sosial dengan struktur  sosial yang maju dan unggul serta stratifikasinya bersifat turun-temurun, dan penyebab terjadinya perbedaan adalah faktor ekonomi. Era masyarakat agraris yang tercatat mencakup masyarakat Mesir kuno dan Tiongkok, mulai dari Abad Pertengahan hingga masa awal masyarakat industri modern. Pada masa ini, sistem kenegaraan berkembang dan menjadi lembaga sentral. (Ritzer, 1979: 233-4; Vago, 1989: 172).
    https://www.wonkeedonkeetools.co.uk/shovels/a-brief-history-of-the-shovel
    https://www.wonkeedonkeetools.co.uk/shovels/a-brief-history-of-the-shovel
  • Masyarakat   Pertanian   Tradisional Maju (Advanced Traditional Agrarian Societies),   dalam   masyarakat   ini,   pertanian masih merupakan andalan sistem ekonominya, akan   tetapi   kota-kota   hidup   sebagai   pusat perdagangan dan produksi; sebagianpemerintahan    masyarakat    tradisional    bisa sangat  luas,  dengan  warga  berjumlah  jutaan orang,    meskipun    sebagian    besar    sangat terbatas  dibandingkan  masyarakat  industrial yang    besar    sekarang    ini;    pemerintahan tradisional    memiliki    aparat    pemerintahan khusus, dipimpin oleh raja atau kaisar, dengan perbedaan tingkatan-tingkatan di antara kelas-kelas sosial yang berbeda-beda. Oleh Giddens (1991: 54-55) disebutkan, masyarakat tradisional   telah   hidup   sejak   6.000   tahun sebelum  Masehi  sampai  abad  ke-19;  sebagian besar pemerintahan  tradisional  atau  bahkan semuanya  sekarang  punah;  sedangkan  Ritzer (1979) mengatakan bahwa masyarakat tradisional  ini  agaknya  hidup  sezaman  dan bersamaan     dengan     masyarakat     agrarian, namun  sudah  lebih  maju  karena  masyarakat pertanian   ini   sudah   mengembangkan   kota-kota   sebagai   pusat-pusat   perdagangan   dan produksi,  sehingga  dapat  dikatakan  sebagai masyarakat pertanian-tradisional atau tradisional   pertanian   kompleks   dan   maju, sebagai   bagian   dari   masyarakat-masyarakat pra-industrial,  yang  sudah  lanjut,  atau  maju (complex  and  advanced  traditional  agrarian societies).
    https://www.ancient-origins.net/history-important-events/neolithic-revolution-0010298
    https://www.ancient-origins.net/history-important-events/neolithic-revolution-0010298
  • Masyarakat  Industrial(Industrial Societies),  yang  hidup  pada  zaman  moderen, mulai   tumbuh   bersamaan   dengan   Revolusi Industri   di   Inggris   yang   berlangsung   antara tahun 1760  dan  1830  (abad  ke 18-19)  (Ritzer,  1979)  dan  diwarnai  dengan protes-protes   keras   berkesinambungan   oleh masyarakat (Stearns, 1972).  Masyarakat industrial moderen merupakan tipe masyarakat     terakhir     dalam     transformasi sosial-budaya  dan  perkembangan  peradaban masyarakat    manusia,    sebelum    kemudian berkembang   mulai   akhir   abad   ke   20   tipe masyarakat    pasca-industrial  (postindustrial societies)   dalam   masyarakat   pascamoderen (postmodern societies) (Bell, 1973). Kemajuan    masyarakat    industrial    ditandai dengan dominasi kegiatan-kegiatan sosial-budaya  dan  ekonomi  berbasis  industri manufaktur  atau  pemrosesan  atau  pengolahan (manufacturing/processing industries).
    https://michelbaudin.com/2022/02/23/standards-china-and-the-industrial-revolution/
    https://michelbaudin.com/2022/02/23/standards-china-and-the-industrial-revolution/
  • Masyarakat Pascaindustrial (Postindustrial Societies), merupakan tahapan akhir dari masyarakat industrial, mulai berkembang pada  akhir  abad  ke-20  dan  mencapai puncak  kemajuannya  pada  abad  ke-21. Selain dukungan manajemen dan teknologi sebagaimana dicapai oleh masyarakat industrial   dengan   aktivitas-aktivitas   industri manufaktur, pemrosesan, pengolahan (manufacturing/processing industries), masyarakat   pascaindustri   pada   abad   ke-21 mengembangkan keunggulan teknologi informasi    (information    technology)    yang meliputi teknologi keuangan (financial technology/fintech) dan teknologi media sosial (social media technology). Masyarakat industri dan masyarakat pasca industri seperti yang ada di Indonesia terbentuk dari masyarakat agraris dan hortikultura, bahkan termasuk masyarakat pemburu hewan, termasuk nelayan dan masyarakat yang mengumpulkan tumbuhan liar, baik di darat, laut, dan  udara, hingga saat ini. 
    https://prezi.com/j-ugsz2ycuds/postindustrial-society/
    https://prezi.com/j-ugsz2ycuds/postindustrial-society/

C. TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA DALAM MASYARAKAT INDONESIA

      Hubungan sosial-budaya antar masyarakat di Indonesia merupakan produk sejarah yang panjang  dari  zaman  ke  zaman,  mengalami  interaksi dengan bangsa-bangsa, agama-agama, dan kebudayaan-kebudayaan dunia. Mempertimbangkan transformasi sosial-budaya  dengan  tahapan-tahapan  yang  dicapai dalam  tipologi  masyarakat  pra-modern dan masyarakat modern, bangsa Indonesia telah mengalaminya, bahkan hingga sekarang semua  tipe masyarakat  tersebut  masih  hidup: sebagian seperti tipe-tipe masyarakat pemburu-pengumpul, masyarakat pertanian dan masyarakat tradisional, atau tipe masyarakat pertanian-tradisional atau pertanian-tradisional-feodal, masih hidup dan berkembang,   hidup   bersama   sebagai   suatu entitas bangsa.  Berbagai tipe  masyarakatini  semua  menjadi  bangsa Indonesia.

     Transformasi sosial-budaya dalam masyarakat Indonesia harus diwujudkan,  dibayangkan  dan  dicita-citakan secara khusus   dengan   mempertimbangkan latar belakang historis sejarah yang sudah  menjadi pengalaman  dan  latarbudaya  yang merupakan realitas  yang  dimiliki  masyarakat-masyarakat di Indonesia dan  sekitarnya, sehingga  setidaknya konflik  yang sudah terjadi sosial-budaya    harus    diperhatikan,    sebagai berikut:

  • Latar Belakang (Historis),  latar-belakang historis sebagai pengalaman bermasyarakat dan berbangsa yang berasal dari nilai-nilai dan kearifan lokal dari kerajaan-kerajaan tradisional agraris, maritim, feodalisme, dari zaman ke zaman dan mengalami hubungan-hubungan intensif, menerima, menyerap, dan mengamalkan nilai-nilai dan praktek-praktek kehidupan bersama dengan nilai-nilai dari luar . Seperti India (sejak abad  ke-1), dengan agama-agama dan nilai-nilai Hindu dan Budha, Cina (sejak abad  ke-3)  dan Kong Hu Cu, dan Islam dan Timur Tengah (sejak abad ke-13), dilanjut dengan munculnya kolonial Eropa,  Belanda (abad  ke 17-20) dengan agama dan nilai nasrani. Adanya Pertemuan dan menjalin hubungan-hubungan yang dibangun secara damai melalui  perdagangan, yang dilaksanakan  atas kesepakatan bersama dengan masyarakat  India, Cina, dan Timur Tengah pada umumnya. Sedangkan  dengan  Eropa,  Belanda  diwarnai dengan  kehendak  untuk  penguasaan, melalui agresi   bersenjata, oleh bangsa Barat yang berekspansi dengan persiapan organisasi, peralatan dan  persenjataan   yang   canggih, sehingga  terjadi  penjajahan dan penguasaan ekonomi, politik dan pemerintahan, dengan strategi pecah-belah dan kuasai (devide et empera).
  • Latar Budaya Heterogin, latar belakang budaya sebagai realitas dengan nilai-nilai masyarakat kepulauan yang begitu heterogen, plural, multibahasa, multietnis, multiras sehingga digambarkan sebagai multikultural. dengan realitas geografis (ciri-ciri daratan dan lautan), geopolitik (kawasan strategis dalam interaksi antar negara yang mempunyai kepentingan politik dan ideologi) dan geo-ekonomi (ciri-ciri ekonomi pertanian, pengelolaan dan penghidupan – tradisional – feodal). Kerangka budaya yang unik, kompleks,  dan kompleks ini dapat bermanfaat jika upaya pengelolaannya tidak terganggu oleh sikap dan perilaku masyarakat dan kelompok yang kontra-produktif dan sikap egois.
  • Arah dan Cita-Cita Transformasi Sosial-Budaya, Mempertimbangkan dua masalah latar tersebut. Transformasi    sosial-budaya masyarakat   Indonesia   menuju   masyarakat-bangsa yang dicita-citakan, dengan merumuskan  format  dan  wujud  budaya  yang mampu dan efektif dalam menjawab tantangan sosial-budaya, ekonomi dan politik.
  • Menjadi Negara-Bangsa Kesatuan yang Kuat, Ibu kota sebagai negara kesatuan yang dibangun oleh para pendiri dan penerus bangsa, merupakan hasil kebudayaan nasional yang modern, sebagaimana nama Indonesia indah, Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa persatuan dan kesatuan, UUD 1945 adalah Undang-Undang Dasar  Negara dan kerangka hukum, dan Pancasila adalah landasan politik, hukum, dan negara, nilai-nilai dan norma-norma yang luhur. Dari ibu kota negara tersebut dapat dibangun transformasi sosial budaya nasional yang memenuhi kepentingan seluruh bangsa dan memiliki ketahanan nasional dalam masyarakat yang  sadar penuh dan rela berkorban untuk menciptakan persatuan bangsa yang kokoh.
  • Menjadi Negara-Bangsa Industrial Moderen, Mengubah masyarakat dari ekonomi pertanian sosio-kultural dan feodal yang terbelakang menjadi masyarakat industri  yang modern dan demokratis. Transformasi sosial budaya ini memerlukan masyarakat yang bersedia menerima, meneliti dan menerapkan sistem nilai yang berbeda untuk diterapkan, yaitu sistem nilai industri modern yang mengedepankan integrasi, sikap wajar, efisien, terbuka dan transparan, egaliter, demokrasi dan kebebasan. Penghormatan terhadap hak asasi manusia dan persaingan yang sehat dan terbuka. Tahap penyadaran sikap mental kolektif yang dapat diterapkan secara tekun dan tekun (industri) pada kegiatan-kegiatan yang ideal dan praktis demi kesejahteraan negara, sangatlah penting, modal dasar, untuk dikembangkan menuju masyarakat industri modern yang berbasis kreativitas dan kreativitas. produktifitas. dan prinsip inovasi. kegiatan ekonomi - budaya dan sosial di dunia. Basis industri manufaktur dan basis industri pasca industri, menuju masyarakat yang kegiatan sosial budaya dan ekonominya bertumpu pada industri jasa, industri jasa merupakan ciri masyarakat pasca industri, pada sistem sosial budaya pasca industri.

D. KESIMPULAN

     Transformasi   sosial-budaya  sebagai dinamika budaya (cultural dynamics) dalam masyarakat Indonesia berlangsung dari zaman ke zaman yang tahapan-tahapan tipologi perkembangan kebudayanya tidak tetap. Oleh sebab itu masyarakat Indonesia  sekarang ini terdiri dari tipe-tipe masyarakat yang pernah berada  dan  berkembang  di  Indonesia. Mulai  dari masyarakat pemburu-pengumpul, masyarakat  pertanian,  masyarakat  industrial yang berbasis manufacturing (service industry) dan masyarakat manajemen modern-rasional. Pada  saat  ini  masyarakat  Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan sudah belajar dan mulai terbiasa dengan nilai-nilai masyarakat industrial dan  pasca industrial  tersebut. Akan tetapi, masih lebih dominan  banyak masyarakat  elit yang  memahami  dan  melaksanakannya  tanpa mengindahkan  etika,  norma,  nilai-nilai  baik dan hukum yang disepakati, tidak mencerminkan  sikap  masyarakat  yang  baik dan beretika, contohnya  yang berkembang dalam teknologi informasi, melalui program-program  media  sosial.  Kemajuan  masyarakat menjadi masyarakat     pascaindustri     harus dibarengi dengan etika, norma-norma, dan nilai-nilai yang menghormati hak-hak.

     Transformasi sosial-budaya dalam masyarakat  Indonesia  dapat  dipahami  sebagai energi dan daya dorong   bagi   masyarakat Indonesia untuk rajin dan tekun dalam menerapkan dan meningkatkan perubahan sosial-budaya dari suatu keadaan dan kehidupan masyarakat yang lebih baik, menuju kemakmuran dan kesejahteraan, melalui kegiatan-kegiatan hidup yang kualitasnya bertahap-tahap.  Tahapan-tahapan  dan tingkat-tingkat peradaban telah menjadi pengalaman bermasyarakat dan   berbangsa dalam masyarakat-bangsa Indonesia, sehingga menjadi   masyarakat-bangsa dalam tahapan sekarang ini yang menyiapkan dan mengembangkan diri di dalam pergaulan lokal-domestik-internal bangsa dan dalam pergaulan  antar  bangsa  menuju  pemantapan tahapan kualitas peradaban masyarakat-bangsa berikutnya.




REFRENSI :

Abercrombie, N. S. (London: 1988). Dictionary of Sociology. Penguin Books.

Bell, Daniel. (1973). The Coming of Post-Industrial Society: a Venture in Social Forecasting. London: Heinemann.

Giddens, Anthony. . (1991). Sociology. Oxford: Polity Press.

Harvey, Edward B. . (1975). Industrial Society –Structures, Roles, and Relations. Georgetown, Ontario: The Dorsey Press.

Jary, David & Julia Jary. . (1991). Collins Dictionary of Sociology. Glasgow: Harper Collins.

Kayam, Umar. (1989). "Transformasi Budaya Kita", Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 19 Mei.

Kistanto, Nurdien H. August. (1991). “Peasants, Civil Workers, and Industrial Workers in Java,” SOJOURN, Vol. 6, Number 2.

Lenski, Gerhard E. . (1966). Power and Privilege: A Theory of Social Stratification. New York: McGraw-Hill Book.

Moertono, Soemarsaid. . (1985). Negara dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lampau: Studi tentang Masa Mataram II, Abad XVI sampai XIX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Parker, S. R., et. al. (1981). The Sociology of Industry. London: George Allen & Unwin.

Van Peursen, C. A. . (1976). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius & Jakarta: BPK Gunung Mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun