Terlalu sering menunda-nunda membuat manusia lalai dan akhirnya melupakan apa yang seharusnya mereka lakukan. Dalam puisi "Jarum Jam" karya Ranita Ningrum, waktu dan ruang menjadi elemen yang menarik untuk diselidiki. Melalui penelusuran terhadap kedua konsep ini, kita dapat memahami lapisan-lapisan serta makna yang tersembunyi dalam karya tersebut.Â
Puisi merupakan media yang digunakan penulis untuk mengeksplorasi konsep-konsep kompleks seperti waktu dan ruang dengan cara yang mendalam serta metaforis. Dalam karya "Jarum Jam" karya Ranita Ningrum, konsep-konsep ini dapat dijelajahi melalui lirik-lirik yang indah dan simbol-simbol yang kaya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan waktu dan ruang, serta bagaimana keduanya saling terkait dalam pengalaman manusia.
"Jarum jam masih berdenting
Aku terdiam tak sanggup bergeming
Berdiri ataukah kembali terbaring
Bagaikan kayu yang sudah kering
 Jarum jam masih berdenting
Aku masih terdiam berbaring
Meratapi nasib yang demikian menggiring
Menggiringku ke pusatnya, hingga kepala ini pusing
 Jarum jam masih berdenting
Aku memberanikan diri untuk berontakÂ
Aku tak mau lagi terdiam berbaring
Karena aku makhluk yang berotak"
Pertama-tama, dalam puisi ini, penulis mengeksplorasi waktu sebagai entitas yang abstrak namun sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. "Jarum Jam" menjadi simbol dari pergerakan waktu yang tak dapat terelakkan. Setiap detik yang berlalu diwakili oleh langkah-langkah kecil jarum jam yang tak henti bergerak. Hal ini menggambarkan bagaimana waktu terus berjalan tanpa ampun, tanpa memperdulikan perasaan atau kebutuhan manusia. Waktu menjadi sebuah kekuatan yang menguasai keberlangsungan hidup, menuntun kita melalui detik-detak kehidupan yang tak terulang.
Kemudian, penulis juga mengeksplorasi ruang dalam konteks yang lebih luas. Ruang bukan hanya fisik, tetapi juga memuat dimensi emosional dan spiritual. Dalam puisi ini, ruang diwakili oleh gambaran-gambaran seperti "dinding-dinding kamar" dan "lautan mimpi". Ini menyoroti bagaimana pengalaman manusia tidak terbatas pada dimensi fisik semata, tetapi juga terjalin dengan ruang batin yang lebih dalam. Ruang menjadi tempat di mana kita menemukan makna, menghadapi tantangan, dan merayakan kehidupan.
Namun, yang paling menarik dari puisi ini adalah bagaimana penulis menghubungkan waktu dan ruang secara simultan. Jarum jam yang terus bergerak melambangkan perjalanan waktu, sementara ruang di mana jarum itu berada menciptakan konteks bagi pengalaman waktu itu sendiri. Dalam ruang kamar atau ruang mimpi, waktu menjadi lebih darurat atau lebih lambat, tergantung pada persepsi subjektif individu. Ini menunjukkan bagaimana waktu dan ruang tidak dapat dipisahkan secara tegas, tetapi saling mempengaruhi dalam menciptakan realitas kita.
Dengan demikian, "Jarum Jam" karya Ranita Ningrum adalah sebuah pengalaman reflektif yang mendalam tentang perjalanan waktu dan ruang dalam kehidupan manusia. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita berinteraksi dengan waktu dalam ruang yang kita tempati, dan bagaimana makna-makna hidup kita tercipta dari perjumpaan aMenelusuri Waktu dan Ruang dalam Puisi 'Jarum Jam' karya RNntara keduanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H