“Pak, Pak aku masuk koran, coba beli koran Bangka Pos, buka halaman delapan, ada aku dan fotoku” tak henti aku membanggakan diri ku sendiri.
Terdengar disebrang telpon, Bapak meminta kawannya untuk dibelikan koran.
“Coba itu beli korannya, wih anak ku masuk koran, anak ku masuk koran” Bapak tidak sadar bahwa telponnya masih terhubung.
Bahagia sekali rasanya, satu dari seratus mimpiku terwujud, rasanya seperti semua mimpiku sudah tercapai.
Tak lama, terdengar ketukan pintu, ribut-ribut orang berbincang di depan kontrakan, aku bergegas membuka pintu, menyalami dan menanyakan maksud dan tujuan pria itu.
“saya mau bawa motor, ini uangnya ya, sudah sesuai ya” tak banyak basa-basi, tak duduk atau masuk dulu, ia langsung menyodorkan uang seratus ribuan.
Aku mematung sejenak, menyadari transaksi ini harus dilakukan, ku ambil kunci dan surat-surat kayla, ku serahkan pada pemilik barunya.
“saya serahkan barangnya ya pak, uangnya saya terima, semoga berkah” ujarku seraya memberikan semuanya.
Ia tersenyum dan mengangguk, lalu membawa kayla pergi diiringin dengan teman yang mengantarnya.
Rasanya baru saja senang akhirnya tulisanku terbit, tapi melihat kayla bener-benar dibawa pergi, memalingkan sedikit kebahgaiaanku tadi.
“Benar kata orang, bahagia sewajarnya”