“Terima kasih sudah membawaku, nyasar kesana kemari, berkeliling, tertawa dan menangis” aku elus motor tua itu.
Segera setelahnya, menyadari tak lama lagi pemilik baru kayla datang, aku meletakan belanjaanku, mulai memasak dan merapihkan seisi kontrakan.
Selesai semua, ku rebahkan diriku di atas kasur, membuka jajanan dan koran yang ku beli tadi pagi, penasaran, opini siapa lagi yang tayang di kanal Bangka Pos hari ini, sembari menikmati risol mayo, bala-bala dan jungkong makanan khas Bangka yang terbuat dari tepung beras berwarna hijau dan putih yang disiram kinca gula, legit, manis dan gurih jadi satu kesatuan yang utuh, setidaknya mengobati kepahitan perpisahanku dengan kayla.
Lembaran demi lembaran koran ku buka, banyak memuat berita lokal dan nasional, tetap yang aku tuju pojok opini, barangkali ada nama yang ku kenal.
“aaaaaaah” jeritku terkaget-kaget, ku amati lagi dengan seksama, foto dan nama di kanal pojok opini.
“Ini aku, ini nama ku, ini opini ku” aku terpaku pada halaman opini, pasalnya tulisan ini sudah ku kirim sejak dua minggu lalu, saban hari ku beli koran, barangkali ada nama ku.
“Huaaaa mak, aku masuk koran” tak berhenti aku berjingrak-jingkrang, memandangi fotoku yang terpampang di koran.
Dering ponselku bersautan, menandakan banyaknya pesan yang masuk, ternyata beberapa kawan ku menemukan aku di koran, mereka mengirim gambar koran
“wuih, ka masuk koran, ngeri-ngeri” seru salah seorang temanku
Tak hanya itu, ramai digrup fakultas mempertanyakan siapa Auni Ratna Dewi, wanita yang namanya ada di Bangka pos pagi ini, aku melayang, merasa terkenal dalam sehari, tak sia-sia dalam opini bertajuk “Mahasiswa Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0” ku tulis besar-besar asal kampus dan jurusanku.
Senang tak kepalang, ku kabari Bapak yang tengah berada di pasar, memamerkan sedikit kebolehanku dalam menulis, membuktikan bahwa kegiatanku di kamar ada manfaatnya.