Arus informasi yang sedemikian derasnya, harusnya bukan lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi kita, terlebih untuk si buah hati. Namun arus informasi yang sesat juga harus diwaspadai.
Misalnya iklan susu formula yang sangat "menggiurkan" orangtua untuk mencobanya; harapannya anak gemuk dan pintar, karena katanya ada plus DHA atau apapun namannya yang disebut di iklan.
Niat memberikan susu formula ini juga dituding sebagai alasan yang menghambat suksesnya program IMD. Padahal IMD ini juga adalah salah satu langkah awal untuk menyukseskan program ASI Eksklusif.
Tidak main-main, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, pasal 128 yang menekankan hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif kecuali atas indikasi medis dan ancaman hukuman pidana bagi yang tidak mendukungnya, termasuk diantaranya para petugas kesehatan.
Jadi sangat disayangkan kalau inisiatif penggunaan susu formula dimulai oleh tenaga kesehatan di tempat ibu melahirkan. Susu formula itu tidak haram memang hukumnya, karena bisa diberikan kepada bayi dalam beberapa kondisi seperti gangguan enzim dan bayi lahir prematur, itupun dengan persayaratan. Hal lain yang dibenarkan untuk tidak IMD hanyalah menyangkut kegawatdaruratan si ibu dan atau bayi nya saja.
Kegawadaruratan yang dimaksud misalnya si ibu mengalami perdarahan atau penyulit lain pasca melahirkan. Atau bayi yang harus segera diberi pertolongan karena gagal nafas setelah lahir sehingga harus dirawat di NICU atau penyakit lain yang harus membuat bayi segera terpisah dari ibu. Selain bukan karena kegawatdarutan, tidak ada yang berhak memisahkan bayi baru lahir dan ibunya. Mengingat manfaatnya bagi bayi, juga ibu.
Apakah suksesnya IMD diliat dari berhasilnya bayi menyusui dari ibu? Tidak. Namun proses IMD akan sangat membantu keberhasilan proses menyusui selanjutnya, demi ASI Eksklusif.
Data menyebutkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan IMD; ASI di usia 2-23 jam pertama kehidupannya, beresiko 33% lebih tinggi untuk mengalami kematian di usia awal dibanding dengan bayi yang mendapatkan IMD. Resiko kematian lebih besar dua kali lipat pada bayi yang awal menyusui di usia 1 hari.
WHO and UNICEF-led Global Breastfeeding Collective telah mengeluarkan 2018 Global Breastfeeding Scorecard sebagai jalan advokasi untuk membantu ibu-ibu dapat menyusui pada satu jam pertama setelah melahirkan hingga batas waktu yang ditentukan oleh ibu sendiri.
Harapannya ke depan, angka keberhasilan program IMD ini akan meningkat dan terlihat nyata dampaknya demi tujuan menurunkan angka kematian pada bayi.