Mohon tunggu...
Liese Alfha
Liese Alfha Mohon Tunggu... Dokter - ❤

Bermanfaat bagi sesama Menjadi yang terbaik untuk keluarga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

WHO: Hanya 3 dari 5 Bayi yang IMD

31 Juli 2018   11:20 Diperbarui: 31 Juli 2018   11:28 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di laman berita web resmi who hari ini, disebutkan bahwa ada 3 dari 5 bayi tidak mendapatkan ASI secara langsung dalam 1 jam pertama kehidupannya. Atau istilahnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD).  

Ada sekitar 78 juta bayi baru lahir tidak mendapatkan hak nya untuk mendaptkan ASI secara langsung pada 1 jam usia kelahirannya. Yang tertinggi menerapkan IMD adalah negara Afrika Timur dan Barat, sebanyak 65% bayi mendapatkan IMD. 

Yang terendah Asia Timur dan Pasifik hanya sekitar 32%. Yang cukup membahagiakan adalah sekitar 9 dari 10 bayi di Srilanka, Burundi dan Vanuatu mendapatkan IMD. Kebalikannya hanya 2 dari 10 bayi mendapatkan IMD di negara Azerbaijan, Chad and Montenegro. 

Padahal IMD sangatlah penting bagi si bayi juga ibu. Data menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI segera dalam 1 jam kelahirannya akan meningkatkan kemampuan bertahan hidupnya. 

Dalam proses menyusui terjadi kontak kulit bayi dan ibu yang sangat penting selain untuk ibu agar memudahkan pelepasan plasenta karena dihasilkannya hormon oksitosin dari proses merayap bayi di atas tubuh ibu juga dari diisapnya puting oleh bayi, juga bagi bayi.

mamaasix.com
mamaasix.com
Perasaan aman seperti di dalam rahim akan dirasakan oleh bayi. Suhu di dalam rahim berkisar 36.5-37.5 derajat celcius, sama dengan suhu tubuh ibunya. Setelah dilahirkan, suhu tubuh bayi akan menurun sehingga rentan terkena hipotermia. Dengan IMD, melatkkan bayi di atas tubuh ibunya adalah salah satu cara alamiah untuk menghangatkan bayi. 

Selain itu, kontak kulit, proses mencari puting tadi dengan indera pengecapannya adalah sebagai mekanisme transfer antibodi ke bayi. Caranya ya itu, saat bayi menjilat-jilat kulit ibu hingga berhasil ke puting, akan ada bakteri yang ikut masuk ke usus bayi dan berkoloni-flora normal. Selain di dapat dari colostrum yang keluar pada jam-jam pertama setelah melahirkan.

Tujuan itulah yang diharapkan tercapai apabila bayi menyusu di jam pertama kehidupannya. Untuk nutrisi/sumber energi sebenarnya masih dapat diolah dari lemak kuning yang dibawa bayi dari dalam rahim ibu. 

Lemak ini bisa mencukupi nutrisi bayi selama 3 hari, meski tanpa makan dan minum. Namun, antibodi yang dibentuk saat proses skin to skin dan menjilat pada proses mencari puting ini hanya bisa didapatkan apabila bayi menyusui langsung.

Sangat disayangkan apabila tidak dilakukan, terlebih di negara-negara berkembang dimana kasus penyakit infeksi masih cukup tinggi, terutama untuk anak-anak.

Alasan klasiknya adalah kurangnya informasi mengenai manfaat menyusui bayi dalam 1 jam pertama. Alasan menjengkelkan selanjutnya adalah tidak didukungnya oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tempat si ibu melahirkan.

Arus informasi yang sedemikian derasnya, harusnya bukan lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi kita, terlebih untuk si buah hati. Namun arus informasi yang sesat juga harus diwaspadai. 

Misalnya iklan susu formula yang sangat "menggiurkan" orangtua untuk mencobanya; harapannya anak gemuk dan pintar, karena katanya ada plus DHA atau apapun namannya yang disebut di iklan. 

Niat memberikan susu formula ini juga dituding sebagai alasan yang menghambat suksesnya program IMD. Padahal IMD ini juga adalah salah satu langkah awal untuk menyukseskan program ASI Eksklusif. 

Tidak main-main, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, pasal 128 yang menekankan hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif kecuali atas indikasi medis dan ancaman hukuman pidana bagi yang tidak mendukungnya, termasuk diantaranya para petugas kesehatan.

Jadi sangat disayangkan kalau inisiatif penggunaan susu formula dimulai oleh tenaga kesehatan di tempat ibu melahirkan. Susu formula itu tidak haram memang hukumnya, karena bisa diberikan kepada bayi dalam beberapa kondisi seperti gangguan enzim dan bayi lahir prematur, itupun dengan persayaratan. Hal lain yang dibenarkan untuk tidak IMD hanyalah menyangkut kegawatdaruratan si ibu dan atau bayi nya saja. 

Kegawadaruratan yang dimaksud misalnya si ibu mengalami perdarahan atau penyulit lain pasca melahirkan. Atau bayi yang harus segera diberi pertolongan karena gagal nafas setelah lahir sehingga harus dirawat di NICU atau penyakit lain yang harus membuat bayi segera terpisah dari ibu. Selain bukan karena kegawatdarutan, tidak ada yang berhak memisahkan bayi baru lahir dan ibunya. Mengingat manfaatnya bagi bayi, juga ibu.

Apakah suksesnya IMD diliat dari berhasilnya bayi menyusui dari ibu? Tidak. Namun proses IMD akan sangat membantu keberhasilan proses menyusui selanjutnya, demi ASI Eksklusif.

Data menyebutkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan IMD; ASI di usia 2-23 jam pertama kehidupannya, beresiko 33% lebih tinggi untuk mengalami kematian di usia awal dibanding dengan bayi yang mendapatkan IMD. Resiko kematian lebih besar dua kali lipat pada bayi yang awal menyusui di usia 1 hari.

WHO and UNICEF-led Global Breastfeeding Collective telah mengeluarkan 2018 Global Breastfeeding Scorecard sebagai jalan advokasi untuk membantu ibu-ibu dapat menyusui pada satu jam pertama setelah melahirkan hingga batas waktu yang ditentukan oleh ibu sendiri.

Harapannya ke depan, angka keberhasilan program IMD ini akan meningkat dan terlihat nyata dampaknya demi tujuan menurunkan angka kematian pada bayi.

kompasiana.com
kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun