Mohon tunggu...
Duniasa Daru
Duniasa Daru Mohon Tunggu... Hoteliers - Swasta

Hadapi segala masalah dengan santai dan tenang, tanpa melupakan masalah itu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dosa

15 Juni 2017   05:14 Diperbarui: 15 Juni 2017   09:32 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dosa (Sanskerta: Dosha) merupakan tiga unsur yang mengatur kesehatan organisme; vata (dimana unsur udara dan akasa paling berpengaruh), kapha (unsur bumi/tanah/air paling berpengaruh), pitta (unsur api dan air paling berpengaruh).

Angin, api, dan air adalah unsur paling pokok dari hidup.

Vata, pitta dan kapha dikatakan sebagai Tridhatu dari badan apabila ketiganya seimbang dan sebebaliknya dikatakan Tridosa apabila di luar keseimbangan.

Ini mencerminkan bahwa gerakan dari vata, pencernaan dari pitta dan stabilnya kapha, semuanya penting untuk hidup. Karena dosa dasarnya adalah hasil sisa, dia bisa berperan seperti dhatu atau penunjang dari organisme, hanya sepanjang dia menjalankan fungsinya yaitu ketika keluar dari badan. Mucus (lendir) adalah bentuk dari kapha menjalankan tugas yang baik melindungi jaringan yang peka dan penangkar debu, tetapi lendir itu haruslah secara teratur dikeluarkan dari badan melalui dahak atau kotoran. Apabila dia mengumpul terus maka dia akan menyebabkan penyakit. Seperti pula cairan getah, satu bentuk pitta yang hanya akan bekerja secara benar apabila dikeluarkan ke dalam usus dan akhirnya keluar juga bersama kotoran (face) dan kapha yang dikeluarkan dari badan, serta menyebabkan ampas-ampas yang lain bisa keluar.

Ketiga dosa adalah kekuatan dan bukan manifestasi lahiriah, tetapi ketika mereka mengumpul, mereka meyebabkan berkumpulnya unsur lahiriah dan apa yang diasosiasikan pada mereka ini membakar ketidak seimbangan, serta penyakit.

Dasar dari ketidak seimbangan terletak dalam sutra, 'penambahan akan menyebabkan penambahan hal yang sama.'
Apabila ada gangguan keseimbangan dari angin, api dan air dilingkungan luar, ini akan berakibat gangguan yang sama kepada vata, pitta dan kapha di dalam badan, sesuai dengan unsur Hukum Gema.

Karena sutra yang mengatakan bahwa semuanya yang ada di dalam makrokosmos juga berada di dalam mikro-kosmos manusia, akan ada gunanya memberikan penjelasan dengan memakai analogi lairiah, mengapa dosa diasosiakan dengan sifat-sifat khususnya:

VATA (dimana unsur udara dan akasa paling berpengaruh)

Sipat alami dari angin di dalam jagat adalah mengeringkan, ringan, halus, dan bergerak. Sifat-sifat ini memang kelihatan nyata. Sifat dingin dan kasar bukan karena karakteristik struktur dari angin melainkan karena effect fungsionil yang dimilikinya. Erosi angin menyebabkan pegunungan bergerigi dan ksasar, Angin sendiri tidalah kasar, tetapi akibatnya memanglah demikian. Demikian juga bahkan udara panas menyebabkan pendinginan pada badan, karena menguapnya keringat. Pada angin, seperti pula pada usur yang lain, atribut miliknya ada bukan saja pada unsur itu tetapi juga di dalam kegiatannya.

PITTA (unsur bumi/tanah/air paling berpengaruh)

Api luar sudah pastilah merasuk, panas, dan ringan. Kita akan bisa memahami berminyak, licin, dan cairnya pitta secara tidak langsung dengan mengamati unsur-unsur yang biasanya menambah pitta, yang biasanya berminyak, licin dan cair. Sebagai pula pitta adalah api yang terdapat di dalam air, setiap unsur yang menambah pitta ketika dimakan, tentu juga diciptakan dari api dan air. Api langsung hanya akan bisa diambil atau dirasakan oleh badan melalui kulit dan mata.
Pitta memiliki bau kurang sedap, karena hubungannya dengan darah dan keringat.
Darah adalah jaringan yang 'setengah dicerna', sebab dia berisi bahan yang menunggu pencernaan penuh pada tingkat jaringan. Pencernaan yang tidak lengkap ini adalah semacam 'matang setengah' dan pada kenyataanya bau pitta dapat dikatakan sama dengan bau daging mentah.

KAPHA (unsur bumi/tanah/air paling berpengaruh)

Semua sifat kapha dengan mudah bisa dijelaskan dengan attribut air yang memiliki kekuatan untuk mendorong untuk diproduksi dan dikumpulkan. Semua dosa ini bisa beredar di dalam tubuh dengan sesuka hatinya dan menekankan pengaruhnya jauh dari tempat dimana mereka dahulunya dibuat. Tetapi setiap dosa biasanya terpusat disuatu daerah tertentu di dalam badan.

Seperti juga pada keadaan dunia di luar ini, di mana daerah yang berbeda memiliki iklim yang berbeda - beberapa daerah sangatlah basah, sedang di tempat-tempat lainnya tidak demikian, beberapa bagian sangatlah panasnya, sedang beberapa daerah lainnya sangat kering. Setiap manusia perseorangan memiliki sifat yang memang demikian sejak dilahirkan - prakrti, yang menentukan pola lahiriah dan pikiran seumur hidupnya.
Sedangkan prakrti memang berarti 'ciptaan pertama', kemungkinan arti lainnya adalah 'reaksi pertama' yaitu prakrti perseorangan akan menentukan bagaimana raga dan pikiran seseorang akan bereaksi secara instinctive apabila diahdapkan kepada suatu rangsnagan.
Walaupun hal ini tidak bisa dirubah secara permanen, dia bisa diperbaiki oleh kebiasaan yang benar.

Prakerti perseorangan tidak bisa dirubah tanpa merubah bahan genetikanya hal ini penting karena berpengaruh demikian besar sehinga adalah pantas untuk menentukannya dengan sangat hati-hati. Karena kekutan pikiran, adalah sangat sulit untuk menentukan prakrti dengan tepat.

Sattwa adalah keadaan yang diinginkan oleh pikiran tanpa kesimpang siuran,

Rajas adalah keadaan aggressive dan hiperaktifitas,

Tamasa adalah malas dan ketidak pedulian, kedua-duanya adalah dosa kembar dari pikiran.

Walaupun naskahnya mengatakan sattwa sebagai counterpart pikiran dari patta dengan mudah bisa menambah kapha dengan tama dan vata dengan raja, semuanya ini hanyalah kecendrungan yang di dalam.

Seorang pitta dengan mudah bisa menambah sattva, tetapi gampang menjadi sombong karena keberhasilannya yang didapat dengan gampang.

Orang kapha haruslah berusaha untuk menghindari mimpi dan pikiran kacau, dengan keinginan yang tulus untuk memperbaiki diri akan mengatasi hal ini.

"Sifat perseorangan ditentukan pada saat diciptakannya dan akan tetap demikian sepanjang hidup orang bersebut"

"Kemantapan yang membuat si bodoh tidak mau melepaskan kemalasan, takut, cemas, tertekan dan angkuh, Kemantapan ini bersifat tamasa

"Kemarahan, nafsu yang berasal dari guna rajas yang sangat merusak dan sangat berdosa, itulah musuh"

Kebahagiaan tertinggi sampai pada  pikirann penuh kedamaian, yang nafsu-nafsunya telah mengendap, yang tanpa noda/dosa dan menjadi satu dengan Brahman.

Jadi, dengan membuat sang diri senantiasa selaras,  yang telah terlepas dari dosa dengan mudah mengalami kebahagiaan tak terbatas dari hubungannya dengan Yang Abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun