Pangeran Purboyo memberikan gelar Suropati kepada Untung atas keberanianya dalam menumpas pasukan Belanda yang menghina dirinya. Dan Raden Goesik dinikahkan dengan Untung setelah Untung mendengar kabar bahwa Suzana telah meninggal.
Pasukan pangeran Purboyo kembali ke hutan untuk melanjutkan pertempuran, sementara pasukan untung bergerak ke arah timur.
Pasukan Belanda berusaha mengejar pasukan Untung, tetapi dalam perjalanan pengejaran tersebut, pasukan Belanda harus menerima kenyataan bahwa berkali kali Untung berhasil menipu bahkan membuat kerugian yang cukup besar bagi Belanda.
Di setiap daerah yang disinggahinya Untung membantu pejuang lokal untuk melawan Belanda.
Belanda benar benar kesal dengan ulah Untung Suropati.
Untung telah membuat kerugian besar dengan menyerang dan menghancurkan pasukan Belanda disepanjang Batavia-Cirebon.
Tahun 1684, ketika mencapai tegal pasukan suropati diterima dengan baik oleh Adipati Tegal, disana dia membantu Adipati Tegal menghancurkan kekuatan pasukan yang memberontak kepada Mataram.
Dengan bantuanya maka untung Suropati disarankan oleh Adipati Tegal untuk meminta perlindungan kepada Sultan Mataram.
Pasukan Suropati pun berangkat segera ke Kartasura untuk meminta perlindungan kepada Sultan Mataram.
Sultan Mataram Sunan Amangkurat II menerima Untung Suropati dengan senang hati. Bahkan sunan amangkurat meberikan tempat bagi Untung Suropati dan pasukanya di Babarong.
Tahun 1686, rupanya Belanda telah mencium kedatangan Suropati di Mataram.
Belanda mengirimkan pasukan kusus untuk menangkap suropati dibawah pimpinan langsung Comisarris Francois Tack, salah satu pemimpin yang memadamkan pemberontakan Sultan Ageng di Banten.
Kedatangan utusan Belanda membuat Sunan Amangkurat II bingung, dia tak mampu memberikan keputusan. Karena disatu sisi dia sangat kagum terhadap Suropati dan berniat menjadikanya sebagai kepala pasukan Bali di Mataram, tapi disisi lain dia tetap terikat dengan Belanda akibat perjanjianya ketika menumpas pemberontakan Trunojoyo.
Cakraningrat II adipati Madura merasa sangat risih dengan kedatangan Suropati. Dia merasa kedudukanya di istana terancam, Cakraningrat bersekutu dengan Belanda untuk menekan sunan agar menyerahkan Suropati.
Dengan berat hati sunan mengijinkan Francois Tack dan pasukan Madura dibawah Cakraningrat untuk menangkap Suropati di Babarong.
Dalam pertempuran singkat itu jatuh korban di kedua belah pihak.
Tapi Suropati cerdik dan berhasil untuk melarikan diri bersama pasukanya ke arah keraton. Kapten Tack sangat geram dengan lolosnya Suropati dan menyusul ke arah keraton. Di keraton pasukan Suropati dibantu pasukan Mangkubumi membuat kerusuhan palsu yang menjebak pasukan Tack dalam kepanikan.
Pasukan Suropati sendiri bersiap melakukan perang "puputan" yaitu perang sampai titik darah terahir, meraka menggunakan baju dan ikat kepala berwarna putih, lambang kesucian batin dan kesiapan menyongsong kematian.
Dalam kepanikan itu pasukan Tack disergap oleh pasukan "puputan" Suropati dan Francois Tack sendiri tewas ditikam Keris Kalamisani Suropati.
Keris ini digunakan oleh Trunojoyo dalam perjuanganya melawan dominasi Mataram dan Belanda di Jawatimur.
Dengan bantuan pasukan Mangkubumi maka pasukan Belanda di bawah Francois Tack bercerai berai, sisanya lari ke Benteng yang didirikan Belanda di dekat Keraton.
Sunan memberikan tanah kepada Suropati di Pasuruan. Dan dia diberikan kuasa untuk memerintah disana. Tanpa menunggu waktu Suropati berangkat ke timur melanjutkan perjuanganya. Disana dia memerintah dengan nama Adipati Wironegoro. Tahun 1699, Suropati membentuk pasukan yang kuat dan wilayahnya melebar sampai ke Madiun.
Saat itu jawa timur hampir seluruhnya berada di tangan laskar Bali.
Di timur Bali sudah lama merebut Blambangan dan menguasai wilayah sampai Probolinggo.
Tentu saja karena untung berdarah Bali maka hubungan antara Suropati dan Raja Bali baik bahkan saling membantu.
Tahun 1705, Amangkurat III bergabung dengan Suropati melawan Pakubuwono I (pangeran puger) yang merebut tahta dengan bantuan Belanda.
Cakraningrat II dan Belanda kebakaran jenggot.
Karena wilayah mereka di Surabaya dan Madura terancam oleh gerak pasukan Suropati.
Batavia mengeluarkan sikap tegas dan mengirim pasukan yang kuat ke wilayah Suropati. Sedikit demi sedikit benteng Suropati dibuat berjatuhan. Benteng Suropati di Madiun pertama direbut, tahun 1706, Benteng di Gunung Kelud juga direbut oleh Belanda. Amangkurat III menyerah kepada Belanda dan pasukan Pakubuwono. selanjutnya serangan langsung ke jantung pertahanan Suropati di Pasuruan.