Mohon tunggu...
Nurlina (Tinta Ungu)
Nurlina (Tinta Ungu) Mohon Tunggu... Guru - Guru

Selain aktif sebagai tenaga pengajar juga aktif menulis pada beberpa platform menulis digital. Telah menerbitkan 3 buah buku antologi cerpen dan 1 buah buku kumpulan cerpen solo.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Part 2. Tergilas Roda Kehidupan Kota Metropolitan

22 Agustus 2023   19:53 Diperbarui: 22 Agustus 2023   20:00 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nis, ini rumah siapa yah? Tanyaku.  Nisa hanya tersenyum, dan tanpa sepotong kata.   

            Setelah memperkenalkan aku dengan seorang perempuan setengah baya yang mengurus segala keperluan rumah, Nisa pun menghilang entah kemana, yang terdengar hanya deru kendaraan meninggalkan halaman rumah, kemudian senyap.

            "Hai, namaku Lani.  Panggil saja Ibu Lani.  Di sini akulah dipercaya Pak Pras untuk mengurus segala keperluan rumah." Ucap perempuan setengah baya itu, sembari mengulurkan tangannya padaku. 

Aku masih mematung, bingung dengan situasi yang sedang aku hadapi.  Bayangan ketika masih di kampung sangatlah jauh dengan kenyataan yang terjadi setelah aku menginjakkan kaki di kota metropolitan.   Aku membayangkan Nisa, hidup layaknya mahasiswa lain yang meninggalkan kampung halaman demi menuntut ilmu.  Hidup pada rumah petak dengan segala keterbatasan dengan mengandalkan kiriman dari kampung. 

Kehidupan orang tua Nisa di kampungpun jauh dari kata mewah.  Orangtuanya hanyalah mengandalkan hasil kebun.  Setau aku, sejak Nisa meningglkan kampung halaman untuk menimba ilmu, yang terdengar diperkampungan Nisa cukup berprestasi yang setiap saat sosoknya dibanggakan oleh orang tuanya pada warga-warga di kampung.

"Hei, kok melamun?" Suara Ibu Lani menganggetkanku.

"Eeeh, maaf Bu.  Sejujurnya aku bingung."

"Kenapa bingung?"

"Ini rumah Nisa?" Ucapku sembari balik bertanya.

"Hhhh, ini rumah Pak Pras."

"Pak Pras? Lalu Nisa?"

"Ah, rasanya tidaklah etis jika berpicara padamu, aku tidaklah memiliki hal apa-apa untuk menjelaskan apapun.  Di sini aku hanya ditugaskan untuk mengurus segala keperluan rumah, keperluan Pak Pras dan juga keperluan Nisa. Oh iya, kamarmu yang di ujung sana." Ucapnya sembari menunjuk sebuah kamar tertutup yang terletak pada sudut ruangan, lalu kemudian bergegas berlalu. 

Tinggallah aku berdiri mematung, tanyaku belumlah terjawab.  Aku belum mengerti siapa Pak Pras, lalu hubungan apa dengan Nisa? Entahlah.  Aku masih saja sibuk bergelut dengan pikiranku sendiri.   Rasa penat yang mendera raga, membuat aku tak mampu berfikir jauh.  Aku membuka pintu kamar yang sementara akan menjadi tempat aku beristirahat.  Kembali aku berdecak kagum dengan kemewahan kamar yang aku tempati.  Kemewahan yang sekadar membayangkan untuk memilikinya saja, aku tak sanggup.  Kini aku benar-benar mampu hidup dalam kemewahan meski hanya sekadar menumpang.  Aku hempaskan tubuhku diatas kasur yang tebal dan begitu empuk.

Aku kembali terjaga tatkala tubuhku terasa  terguncang.  Sosok Nisa kini berdiri di hadapanku.

Next Part 3

Sumber Gambar 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun