Mohon tunggu...
Dulcet Bynissa
Dulcet Bynissa Mohon Tunggu... Freelancer - seorang gadis berjuta mimpi

kita tidak usah jadi pengendali udara, pengendali air, atau pengendali api. kita cukup jadi pengendali hati. itu sudah cukup sakti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Naluri Pamer Anak yang Memusingkan

17 November 2019   11:13 Diperbarui: 17 November 2019   11:42 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
review.bukalapak.com


Suka pamer belum tentu negative. Jangan dimatikan tapi juga jangan dibiasakan menjadi arena jor-joran.

Riska berlari-lari kecil mendekati Maya. Ditangannya tergenggam permen coklat yang sering diiklankan di TV. Dengan bangga munculah teriakan kebanggan dari mulut kecilnya. "hai may! Aku punya permen ini. Enaak loo...!" samnil terus mengayunkankan tangan berisi permennya di depan muka Maya.

Mata bulat Maya membelalak takjub sambil menatap penuh minat pada permen coklat yang dibawa oleh Riska. Mulutnya hanya terus molongo menahan keinginan untuk memilikinya juga. Sementara itu Riska terus memanas-manasinya sambil berkata "ini mahal loo" "kamu gak punya kan...?!" begitu terus kata-kata itu diulangnya.

Tak kuasa menehan keinginan dan godaan dari Riska akhirnya Maya masuk ke rumah dan mendekati ibunya yang sedang memasak di dapur dan berkata "buu, belikan permen coklat kayak punya Riska, yang ada di TV tu loo..." rengeknya. Merasa hal itu hanya masalah kecil, ibu Maya hanya menjawab ringan "Ah, cuman permen kayak gitu aja loo"

Maya mulai menangis makin lama tangisnya makin keras dan akhirnya meraung-raung. Ibu Maya tak habis pikir dan makin bingung sebenarnya apa yang terjadi. Tak seperti biasanya Maya mengis meraung-raung hanya karena masalah permen. Seperti menghadapi masalah besar.

Fitrah anak mencari perhatian

Sebenarnya sama sekali tidak aneh, jika kenginan mendadak Maya didasari karena rangsangan "pameran" yang dilakukakn oleh Riska. Perrilaku memamerkana barangnya yang dilakukan oleh Riska merupakan hal yang wajar dan biasa. Memiliki barang baru apalagi barang itu juga ingin dimiliki oleh anak sesusianya merupakan hal yang sangat membanggakan bagi anak. Mereka memiliki naluri untuk memamerkannya pada siapapun agar mendapatkan perhatian dan pujian.

Bukankah naluri "Pamer" seperti inipun masih banyak dimiliki oleh orang dewasa. Apalagi pada anak-anak yang notabenenya masih memiliki sifat Egosentrisme yang masih tinggi. Dimana semua perhatian harus berpusat di "aku". Dan barang baru merupakan salah satu saran terbaik untuk mendapatkan perhatiandan pujian.  

Tujuan mencari perhatian inipun juga bukan merupakan hal yang aneh bagi anak. Jangan menyemaartikan hal ini dengan keinginan orang dewasa utuk menyombongkan dirinya. Kata-kata "Sombong" sebenarnya belum ada di dalam kamus bahas anak, kecuali jika terbentuk dalam proses perkembangan kejiwaan anak selanjutnya.

Sebagai orang tua kita jangan terlalu khawatir dengan naluri anak mencari perhatian seperti ini. Hal ini tergolong upaya positif dalam perkembangankepribadian anak. Dengan semakin banyaknya perhatian yang didapatkan anak itu dapat membantu untuk membangun sikap percaya diri anak sejak dini.

Banyak orang tua yang kebingunan menghadapi sikap anaknya yang suka pamer ini. Mereka takut anaknya dijauhi oleh temannya dan tidak memiliki teman karena sikap suka pamernya ini. Banyak pula orang tua yang sakit hati dan gampang panas karena anaknya dipameri oleh anak lain. Maka ketika anaknya merengek untuk dibelikan barang tersebut orang tua langsung memenuhi keinginan anak. Bahakan membelikan barang yang lebih bagus dan mahal agar dapat membalas pameran dari temannya dengan barang yang lebih bagus.

Persoalan bisa makin panjang jika para orang tua mulai ikut campur. Ketika anaknya mulai dipamaeri barang oleh anak lain mereka akan mudah tergiur namun tidak samapai sakit hati. Namun beda lagi jika orang dewasa yang mendengarnya bisa timbul berbagai macam prasangka.

Lalu bagaimana sikap orang tuanya ketika menghadapi anak yang suka memiliki sikap pamer seperti itu. Apakah mematikannya adalah cara yang tepat atau malah hanya membiarkan sikap anak merajalela? Adalah tugas orang tua untuk membina dan mengarahkan naluri ini agar tidak melenceng atau keterusan. Dipelihara , kemudian diarahkan ke arah yang posotif agar tidak melampaui batas.

Anak yang tidak pernah "pamer" malah perlu diperhatikan oleh orang tuanya. Ada kemungkinan jika anak seperti ini tidak memiliki keberanian untuk mengungkapakan pendapatnya. Anak seperti ini biasanya cenderung menurut kepada kemauan temannya dan hanya menjadi "ekor" temannya.

Ada kemungkinan juga anak memiliki sifat pemalu yang cenderung menyimpan kenginannya sendiri dan enggan untuk mengungkapkannya. Sifat pemalu yang berlebihan juga tidak baik bagi anak karena dapat mengganggu perkembangan pergaulan, emosi serta pengatahuan anak. Kemungkinan legih buruk lagi jika anak ternya tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup. Takut berbicara di depan temannya dan takut diolok-olok oleh temannya ketika di mulai berbicara. Yang lebih parah lagi ketika anak takut menjadi pusat perhatian. Maka jangan terlalu bangga dan mersan aman ketika anak terlihat alim dan tidak pernah memamerkan barang-barangnya pada orang lain.

Orang tua bisa mulai memotivasi anak agar cenderung melihat kegunaan barang alih-alih melihat harganya. Sering memuji anak juga merupakan pilihan yang tepat agar anak dapat mengerti hal apa yang sepatutnya dipamerkan atau tidak. Orang tua juga harus menyatakan ketidaksenanganya denganterang ketika apa yang yang dibanggak anak merukan hal buruk. Bukan malah memfasilitasi anak untuk "Pamer". Tumbuhkan juga empati anak bahwa ketika dia mulai pamer tidak semua anak bisa membeli barang sepertinya atau melakukakn hal yang sama dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun