Persoalan bisa makin panjang jika para orang tua mulai ikut campur. Ketika anaknya mulai dipamaeri barang oleh anak lain mereka akan mudah tergiur namun tidak samapai sakit hati. Namun beda lagi jika orang dewasa yang mendengarnya bisa timbul berbagai macam prasangka.
Lalu bagaimana sikap orang tuanya ketika menghadapi anak yang suka memiliki sikap pamer seperti itu. Apakah mematikannya adalah cara yang tepat atau malah hanya membiarkan sikap anak merajalela? Adalah tugas orang tua untuk membina dan mengarahkan naluri ini agar tidak melenceng atau keterusan. Dipelihara , kemudian diarahkan ke arah yang posotif agar tidak melampaui batas.
Anak yang tidak pernah "pamer" malah perlu diperhatikan oleh orang tuanya. Ada kemungkinan jika anak seperti ini tidak memiliki keberanian untuk mengungkapakan pendapatnya. Anak seperti ini biasanya cenderung menurut kepada kemauan temannya dan hanya menjadi "ekor" temannya.
Ada kemungkinan juga anak memiliki sifat pemalu yang cenderung menyimpan kenginannya sendiri dan enggan untuk mengungkapkannya. Sifat pemalu yang berlebihan juga tidak baik bagi anak karena dapat mengganggu perkembangan pergaulan, emosi serta pengatahuan anak. Kemungkinan legih buruk lagi jika anak ternya tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup. Takut berbicara di depan temannya dan takut diolok-olok oleh temannya ketika di mulai berbicara. Yang lebih parah lagi ketika anak takut menjadi pusat perhatian. Maka jangan terlalu bangga dan mersan aman ketika anak terlihat alim dan tidak pernah memamerkan barang-barangnya pada orang lain.
Orang tua bisa mulai memotivasi anak agar cenderung melihat kegunaan barang alih-alih melihat harganya. Sering memuji anak juga merupakan pilihan yang tepat agar anak dapat mengerti hal apa yang sepatutnya dipamerkan atau tidak. Orang tua juga harus menyatakan ketidaksenanganya denganterang ketika apa yang yang dibanggak anak merukan hal buruk. Bukan malah memfasilitasi anak untuk "Pamer". Tumbuhkan juga empati anak bahwa ketika dia mulai pamer tidak semua anak bisa membeli barang sepertinya atau melakukakn hal yang sama dengannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H