Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ngesum

29 Agustus 2022   17:53 Diperbarui: 29 Agustus 2022   18:14 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Emang gendenglah keadaan dunia bisnis semenjak si raja virus covid 19. Manusia jadi mengenal  yang namanya, istilah "Ngesum". Di dunia bisnis Ngesum dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Di dunia didik mendidik dilakukan oleh guru kepada siswanya. Di dunia komunitas dilakukan oleh ketua terhadap anggotanya, hanya di dalam keluarga, Ngesum menjadi tak  bergema.

Ngesum memang banyak manfaatnya, komunikasi menjadi murah dan mudah. Setiap saat orang bisa saling berinteraksi secara massal. Ia bisa menghemat biaya sebanyakbanyaknya, mengefektifkan seefektif efektifnya, dan tentu saja menyimpan tenaga seirit-iritnya.

Nah, disebalik keuntungan berlipat-lipat tersebut, ternyata Ngesum juga banyak menimbulkan masalah. Masalahnya justru terjadi pada sumber daya manusia. yang akibatnya mempengaruhi kinerja yang digadang-gadang  meningkat malah menjadi karat berlaknat.

Ini terjadi di Komunitas Pencari Uang Receh. Komunitas yang terbentuk berpuluh-puluh tahun lalu, yang dulunya sangat berjaya dengan keuntungan yang didapat, yang dengan mudah mampu mengumpulkan uang receh dari segala penjuru negeri,  enteng menagih receh yang sedang dipergunakan oleh anggota atau bukan anggota, kini terpuruk menuju kerugian. Padahal ketua komunitas sudah kurang apa dalam memberikan arahan.

Setiap pagi ia Ngesum dengan perwakilan-perwakilan yang ada di bumi berpijak. Terkadang siang harinya dilanjutkan Ngesum lagi dengan tema yang berbeda, lalu sore atau malamnya Ngesum lagi dengan mencari tema lebih kreatif namun tetap masih seputaran kinerja komunitas dan peserta Ngesum adalah orang-orang yang itu itu juga.

Orang-orang yang diajak Ngesum kebanyakkan adalah para pejuang laba di Komunitas Pencari Uang Receh. Yang selalu diminta untuk mencari pemilik uang receh yang dengan suka rela atau dengan gimmik tertentu mau menitipkan uangnya kepada Komunitas untuk dicarikan lagi manusia yang mau menggunakan uang receh tersebut. 

Artinya apa? Para pejuang laba perlu waktu dan mobilitas yang tinggi untuk berkeliling-keliling kota atau belusukkan ke desa-desa bahkan masuk hutan keluar hutan sampai naik gunung turun ke lembah.

"Mak, kami perlu emak yang blusukkan bersama kami biar orang-orang yang didatangi terkagum-kagum dan merasa bahagia bertemu emak," pekik Sobirin salah seorang pejuang laba Ranting Komunitas Pencari Uang Receh Negeri Entah-entah.

"Lah, emak lagi Ngesum, gimana mau nemani kamu Bir," Jawab Emak Ketua Ranting.

"Bilangin pusat mak, biar berhenti dulu Ngesumnya," rengek Sobirin berubah jadi kemayu unyu unyu saking sudah gak keruan lagi bekerja selama ini, hingga ia pun agak-agak lupa dengan jenis kelaminnya sendiri.

"Gak bisa Bir, takutlah emak ngomonginya," elus Emak Ketua sambil ngelus pundak Sobirin.

"Emaaaaakkkk....," Sobirin tersedu sedan kayak bebek kesiram hujan yang turunnya bukan dari awan tapi dari cawan.

"Kita itu butuh Politik Marketing di tingkat pusat, hingga kita di bawah ini tinggal mentens aja Maaaak...." lanjut Sobirin sesegukkan.

"Misalnya?"

"Misalnya, pusat itu akuisisi Komunitas Kaleng Kaleng yang di pusat itu, atau Komunitas Ember Pecah yang hartanya bejibun itu Mak, lalu kita tinggal nerusin bagus lagi kalau tinggal mentens aja," Sobirin ngelap ilernya yang keluar dari hidung dan telinga.

"Ya... ya... Bir, nanti Emak sampeiin di Rakernas ya...." Kata Emak Ketua menenangkan.

Akhirnya Emak Ketua benar-benar menyampaikan keluhan Sobirin ke Ketua Pusat Komunitas Pencari Uang Receh. Alhasil, emak disemprot habis-habisan dan besoknya keluar SK Emak sudah dipecat. 

Sobirin terkaing-kaing menyesali rengekkannya dan Ranting Negeri Entah-entah dinyatakan kolaps alias pailit hingga semua anggotanya bubar jalan mencari penghidupan sendiri-sendiri, tak tahu kemana harus mengaduh.. duh.. duh...

Sungguh dunia menjadi gelap semenjak Ngesum mengkilap populer layaknya sulap hingga mata bathin menjadi lelap terkontaminasi khilap merubah manusia jadi alap-alap. Lelap....

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun