Aman bagi anak-anak, karena dangkal dan bebatunya bersahabat. Jika dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin Bukit Lawang di Sumatera Utara akan mendapat saingan berat.Â
Bagaimana tidak, sungai ini berdindingkan batu asli buatan tuhan, pohon-pohon yang tumbuh di pinggirannya beraneka rupa dengan bunga beragam warna, Â burung-burung siap menyambut pagi dengan nyanyian khas masing-masing jenis. Ikan yang masih aman berkembang biak juga menjadi daya tarik tersendiri. Sementara orang hutan juga sesekali menampakkan diri. Ia keluar dari titik tertentu yang diyakini merupakan area habitatnya.
Terkadang ular mendesis di sela-sela rumput ataupun pepohonan. Sesekali kami harus mengibaskan golok membersihkan jalan dari akar-akaran, rerumputan dan pohon-pohon kecil. Yang tak kalah serunya, manakala kaki harus berpijak pada akar pohon menggantung di tepi jurang. Sungguh, gamang dibuatnya.
Embun yang menyerupai awan. Pandangan luas menatap ke bawah dan bukit-bukit sekitarnya. Begitu luar biasa, rasa bersyukur atas kesempatan menikmati alam yang tak biasa. Maka, nikmat tuhan manakah lagi yang kau dustai? Lalu, setelah pukul tujuh lewat, awan mulai menghilang dan kami pun beranjak turun.Â
Kami meneruskan perjalanan menuju air terjun Bukit Berantai, namanya Telun Tujuh, karena ada tujuh jatuhan air. Letaknya lebih jauh. Harus menempuh dua jam lebih jalan kaki, harus mendaki ke puncak yang lebih tinggi, harus melewati dua buah desa  yang letaknya menanjak di kaki bukit. Namun, alam pedesaan yang indah dikelilingi oleh sawah bertingkat dan dihiasi oleh batu-batu besar di persawahan semakin menambah semangat untuk sampai ke tujuan.
Di sini, lagi-lagi kami harus melintasi semak belukar dan hutan belantara yang hanya sesekali terjamah oleh keperkasaan manusia. Kali ini medannya lebih menantang. Selain karena kecuraman tanjakkan, juga licin dan rerumputan tajam-berduri senantiasa mengintai. Kelelahan menjadi momok utama. Meski sudah minum bergelas-gelas mineral, tetap saja nafas tersengal dan tenaga melemah. Dua ratus meter lagi mencapai tujuan, tiga orang anggota kami menyerah. Mereka memutuskan tidak melanjutkan pendakian.
Alhamdulillah, pukul dua belas lewat tiga puluh menit, kami tiba di tujuan. Sebuah pemandangan yang langsung mempengaruhi energi jiwa, yang berefek pada geliat tubuh membuat kekuatan kami pulih kembali. Hilang semua rasa lelah, hilang semua rasa lemah, hilang semua kepenatan jiwa dan keletihan akibat digeluti pikiran "kapan sampainya". Â Pemandangan di depan matalah penyebab semua itu. Sebuah keagungan tuhan sudah dipertontonkan.
Air terjun yang kencang dan besar. Deras menerjang bebatuan yang berdiri tegak hingga berpuluh meter ke atas. Di sekelilingnya tumbuh anggrek liar dengan bunga warna ungu, kuning dan putih. Aneka spesies keladi  hidup segar mengatur diri sendiri.Â