Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Pakam1] Pempek Bik Rohma

18 April 2016   19:00 Diperbarui: 18 April 2016   19:21 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun, kegembiraan tak berlangsung lama. Hidup tak selalu lurus, cinta tak selamanya mulus. Saat itu aku ingin mengajakmu menjenguk Bik Rohma. Hanya sekedar mengucapkan terima kasih atas sukses yang kamu raih. Tapi kuncup matamu terpejam pada kegelapan. Binar matamu mulai digoda kerling nakal jahanam. Di sekeliling putih bening rayuan sofa gairah di hotel-hotel berbintang, kamu meredupkan benak menyapa setiap tarian tawarkan nikmat.

Kamu yang bergelora menyusuri jalan sesat, menutup hati pada bayang-bayang tubuh telanjang berhasrat harta melimpah. Yang hanya mencumbu laknat berbekam nafsu tersumbat. Puaskanlah. Puaskanlah dengan seringai terbahakmu atas kerapuhan jiwaku. Puaskanlah tertawa hianatmu pada hancurnya hatiku. Aku tak peduli lagi. Aku tak peduli lagi.

Hari ini, aku melihat matahari pagi bersinar keemasan. Ia mengajarkan tentang sebuah kesetiaan cahaya yang dipancarkan tepat waktu. Aku mengusap air mata yang terus menetes tanpa henti. Cahaya kasih tak boleh pergi, tapi jika matahari telah karam maka kesedihan tak dapat dielakkan. Lupakan petuah tentang cinta. Lupakan petuah tentang makna kehidupan berumah tangga, jika lentera tak dapat terangkan seisi malam atau purnama kembali redup.

Dari jendela rumah Kepala Desa, kulihat Bik Rohma mulai merapikan tempat jualannya. Ia begitu sigap, memasang taplak meja, menyusun piring dan cangkir, menyapu, lalu menyiapkan adonan pempek yang akan dimasak pagi itu.

“Assalamualaikum, Bik.” Suaraku tercekat.

Bik Rohma menoleh, lalu aku tak sanggup lagi menahan derita yang kupikul. Kutubruk tubuh kurus itu, kupeluk dia seerat-eratnya tanpa bisa menghentikan tangis yang membebaniku.

Aku ingin menceritakan kesuksesanmu, Andre. Tapi aku lebih ingin lagi menceritakan kepiluanku akan tingkah lakumu. Aku ingin mengucapkan terima kasih pada Bik Rohma yang telah memberikan resep pempek paling enak, hingga usahamu maju pesat. Tapi luka hatiku lebih ingin bercerita padanya betapa pedih tak dapat menerima sejuknya tetesan air sekalipun.
Maafkan aku Andre. Aku harus bermalam di sini, di desa ini. Selamanya. Selamanya….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun