Dirimu,
Kemana angin membawamu
Dari sisa lara yang kita punya
Sungguh segenap luka
Yang kau tanamkan buatku berlari tanpa henti di buru bayangmu
Pagi ini aku melangkah lagi ke bibir pantai itu. Kaki-kaki jenjangku berhenti di bongkahan batu karena dihinggapi lelah. Debur ombak di Pantai Anyer mengobarkan tanya pada keringnya hati setelah kehilanganmu. Dulu, aku dan kamu selalu menyampaikan keinginan-keinginan berdua, bahkan keluh kesah pun teruntaikan di sini. Berbicara pada angin, pada laut, pada nyiur yang melambai hingga seisinya dengan pekik nyaring.
“Pergilah!” Katamu dengan suara tercekat.
Aku hanya menunduk lesu, berlalu membawa kata yang tak akan kembali setelah berucap janji suci di bulan Juni lalu. Aku memilih kamu karena aku mencintaimu. Aku memilih kamu karena aku ingin selalu ada untukmu. Tak pernah terbayangkan akan luka yang mengiris senyap setajam bilah belati dari perjalanan kita.