Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[MyDiary] Sibuhuan

13 April 2016   01:21 Diperbarui: 13 April 2016   10:18 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri kita sungguh elok. Tak terkecuali Sibuhuan. Struktur tanah yang berbukit, bersejajar dengan Bukit Barisan nan indah tiada duanya di dunia. Ia berada diantara Padang Sidimpuan dan Pekanbaru. Tak jauh pula dari Payakumbuh melintasi Kelok Sembilan-nya. Aliran Sungai Sosopan berbatu koral berair jernih nan sejuk menggoda untuk bermandi berhari-hari. Segarnya aliran Air Panas di Aek Milas membuat betah berendam berlama-lama. Air terjun dari dinding-dinding bumi menghias di sudut-sudut negeri bidadari ini.

[caption caption="dokumen pribadi"]

[/caption] Margondang

3 Mei 2015

Dee,

Penduduknya sangat bersahaja. Mereka menggunakan bahasa daerah yang memperkaya hazanah perbendaharaan kata kupunya. Aku disambut adat Margondang, yang disajikan ditengah-tengah pesta perkawinan salah satu temanku. Kedua mempelai menari dengan menyatukan tangannya di dada sambil diangguk-anggukkan, mengikuti nyanyian yang disenandungkan tetua kampung dalam bahasa daerah yang kental. Lagunya menceritakan perjalanan kedua mempelai sejak dilahirkan hingga menjelang akad pernikahan. Menceritakan rasa terima kasih kepada orang tua tercinta yang telah bersusah payah memelihara dari kecil hingga dewasa. Banyak yang tak tahan mendengarnya hingga mencucurkan air mata. Tak terkecuali aku, walaupun  mamahami bahasa dengan meraba.

[caption caption="dokumen pribadi"]

[/caption]Sungai Sosopan

Tapi Dee,

Keindahan bumi Sibuhuan terkikis oleh ketamakan manusia akan megahnya dunia. Tanah-tanah sudah ditumbuhi oleh garangnya pohon kelapa sawit. Yang membentang beribu-ribu hektar dari tapal batas satu ke tapal batas lainnya. Bukit-bukit menangis kepedihan, manakala hutannya yang asri diganyang api-api ganas melahap dahan demi dahan. Burung-burung dan hewan liar lainnya berlarian tak karuan mencari suaka yang masih tersisa. Sementara mereka berpesta pora menyambut musim petik buah dengan hasil melimpah mendatangkan rupiah yang meruah untuk berpesta ria.

Dee,

Aku mulai mengatur nafas semangat di kaki langit Sibuhuan. Langkah-langkah kurentangkan bersama team kecilku yang berjumlah 145 orang. Kutata puing-puing berserakkan dari peninggalan masa yang berkabut karat. Ajakan-ajakan penuh suka cita menapak pagi membuka pintu-pintu gerbang kejayaan terus aku kumandangkan. Dan nafas-nafas mulai beranjak hingga melupakan tidur melapangkan jejak terus mengikuti dinamika kehidupan berbaur dengan hukum-hukum langit yang berkuasa pada gelap dan terang.

Dan Dee,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun