Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren - Dulmuluk

31 Maret 2016   18:44 Diperbarui: 31 Maret 2016   19:08 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selintas sepi. Kulihat Vera sedang menyuapi ibu. Sore tadi ia memasak pindang ikan patin kesukaan ibu. Ia sendiri yang membersihkan ikan dan meracik bumbunya yang ia beli di pasar pagi. Aku sempat menyicipinya. Sangat sedap, seperti masakannya yang sudah-sudah.

“Malam ini aku mau ke Benteng Kuto Besak.” Kataku pada Vera.

“Ngapai Bang?” Vera heran.

“Hanya ingin menikmati hembusan angin malam di Sungai Musi.” Jawabku.

“Saya ikut.” Kata Vera.

Ketika sampai di Benteng Kuto Besak, aku mendapati keramaian yang sangat padat. Kulihat di satu panggung sedang ada hiburan Dulmuluk. Pemain Dulmuluk berceloteh layaknya Lenong Betawi. Ia menggerakkan badannya ke sana kemari seperti pemain wayang. Sesekali ia berinteraksi dengan penonton. Suara gending dan gendang diiringi gesekan rebab melengking menyayat telinga. Sesaat mataku menangkap wajah Mas Bejo di jejalan penonton. Ia memalingkan muka begitu melihatku. Aku menarik tangan Vera menuju ke arahnya. Tapi ternyata Mas Bejo telah menghilang. Aku bingung, apakah tadi aku salah lihat orang?

“Ah, sudahlah.” Bathinku.

Suara tanjidor melengking tinggi. Suling menusuk telingaku mengiringi pergantian pemain yang mengangkat lakon Pak Pandir, lelaki bodoh tapi cerdik, atau lelaki cerdik tapi bodoh. Saat Pak Pandir muncul di panggung, suasana jadi meriah. Penonton bertepuk tangan gaduh. Sebagian bersiul-siul nyaring. Bagaikan sedang menggoda cewek lewat.

Dikisahkan Pak Pandir membeli sepuluh ekor ayam di pasar. Di pertengahan jalan, ia berjumpa karibnya yang mengajaknya bermain judi. Tak kuat menerima tantangan itu, dengan penuh rasa percaya diri ia menerima. Agar tidak mengganggu ia pun melepaskan ayam-ayam bawaanya.

“Pergilah kau ke rumah saya, ini alamatnya.” Kata Pak Pandir pada ayam-ayam tersebut, sambil menyelipkan sobekan kertas berisikan alamat di kepak sayap seekor ayam jago.

“Sesampai di rumah, jangan lupa bilang ke istri saya, agar kalian dipotong semua.” Lanjut Pak Pandir lagi sumringah melihat ayam-ayam sudah berlarian ke sana kemari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun