Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren - Dulmuluk

31 Maret 2016   18:44 Diperbarui: 31 Maret 2016   19:08 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Kami sudah melupakanmu.” Katanya tak bereaksi.

“Maafkan aku ayah…. Ampuni aku….” Aku meratap bersama penyesalan yang mendalam.

“Tak ada yang perlu dimaafkan lagi, ayah dan ibu sudah terbiasa melalui hari-hari penuh hina karena perbuatanmu. Bahkan sepanjang tahun ayah harus ngemil ke kantor polisi untuk melaporkan keberadaanmu yang sama sekali tidak kami ketahui.” Ayah berkata dengan suara datar.

“Ayah….” Suaraku tercekat.

Aku tak kuasa berkata apa-apa lagi. Tubuhku berguncang hebat. Sesak di dada semakin menjadi. Penyesalan, kepiluan, sakit hati, dan semua rasa keterpurukkan berkecamuk jadi satu.

“Mana Ibu, yah…?” Tanyaku serak.

Ayah menoleh ke kamar tidur satu-satunya yang ada di rumah itu. Aku mengikuti pandangannya. Di muara pintu kamar yang hanya ditutupi bebar kulihat ibu duduk menyender ke dinding. Ia hanya menangis terkulai. Matanya basah. Sesekali ia mengusap wajahnya dengan baju usang yang ia pakai.

“Ibu….” Pekikku.

Aku tak dapat menggerakkan badanku. Tubuhku roboh. Ku gapai-gapaikan tangan ke arah ibu. Ingin memeluknya lalu mengusap air matanya dan bersimpuh mengharapkan belaian tangan lembutnya. Tangisku yang tadi sudah mereda kini tak tertahankan deras kembali.

Ibu tak berbuat apa-apa. Ia hanya menunggu berurai air mata. Ia tak bergerak seperti lumpuh. Sesampainya aku kehadapan ibu. Kutarik kakinya yang menjulur, lalu kupeluk kaki itu dengan tangis sejadi-jadinya. Hingga dunia kurasakan ditutup awan gelap. Dan pekikan kepiluan saling menyahut di kepalaku yang mau pecah.

00000000

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun