Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren - Prolog

15 Maret 2016   23:43 Diperbarui: 30 Maret 2016   20:46 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku Faisal. Pemuda tampan dan gagah. Orang bilang wajahku mirip Rio Haryanto, pembalap muda itu. Aku datang dari keluarga sederhana tapi tidak pernah kekurangan. Kebutuhanku selalu terpenuhi pada waktunya, itulah yang membuat aku semakin tak terbatas untuk beraktivitas sesukaku.

Sudah sepuluh tahun ini aku jarang sekali meninggalkan tempat ibadah, kecuali pada hari-hari yang telah ditentukan. Aku ingin mendekatkan diri kepada Tuhan. Ingin hidup memiliki arti dan bermanfaat bagi orang lain. Itulah sebabnya kutinggalkan duniaku yang hitam. Dunia yang sempat membesarkan namaku di ibukota. Yang membuat orang-orang takut bila mendengarnya.

Untungnya dalam suatu pelarian. Saat aparat mengejarku karena pembunuhan yang tak kurencanakan. Aku sampai di desa ini. Desa Gumai. Yang orang-orangnya sangat bersajaha, tapi tak peduli dengan latar belakang para pendatang. Bagi mereka, ada yang mau bermukim saja sudah menjadi anugerah.

Tapi rupanya di sini pula kisah pilu dimulai. Kepedihan, kesakitan karena cinta yang tak berkesampaian mengiris pedih luka-luka lama yang masih menganga.

Pagi itu aku tersenyum. Rajutan wajah manismu menghujam ulu jantungku. Menyentak disetiap helaan nafas. Tatapanmu begitu indah, binarnya menerangi hingga ke jiwa. Tapi itu dulu. Saat luka ini belum menganga.

Masih ku ingat saat aku mengenal kamu di pengajian itu, Aisah. Kamu melintas di depanku sambil membawa baki minuman. Rupanya kamu anak Pak Haji Husin, pemilik pondok pesantren tempat aku belajar mengaji.

Kamu begitu bersahaja sehingga membuat aku langsung jatuh hati. Tapi aku harus tahu diri, juga harus punya malu. Karena kamu bukan perempuan sembarangan. Kamu memiliki segala yang diinginkan para wanita. Kecantikan, kesalehaan, kehormatan, harta, keturunan baik-baik dan tentu saja kasih sayang melimpah dari orang tua.

Mana mungkin Pak Haji Husin mau menerima pinanganku untukmu. Apalagi aku mantan napi yang baru insaf. Bagaikan pungguk merindukan bulan. Kasihku tak akan pernah terwujud. Ibarat hati ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Akhirnya aku membiarkan cintaku bertebaran bagaikan kunang-kunang.

Suatu ketika aku menyampaikan gagasan membangun mesjid di lingkungan pesantren itu. Ayahmu menyetujui, juga orang-orang sekitar. Sebagai pemuda, aku ditugaskan untuk menghimpun dana. Cukup berat, tapi berkat nama besarku saat menjadi orang jahat yang kini dikenal sudah insaf, maka aku menuai simpati yang berujung pada mengalirnya bantuan.

Tahukah kamu? Aku sangat tersiksa dengan semua ini, Aisah. Bukan karena harus pontang panting mencari donatur. Tapi kehadiranmu disetiap bilik hatiku membuatku takut menyentuh rasa cintaku.

Ah, ia begitu perkasa menindasku, bahkan hampir menenggelamkanku dalam kepasrahan pada nasib. Tapi aku harus tegak dengan gagasan yang sudah berjalan, mesjid harus berdiri, kalau aku tinggalkan, maka niat baikku hanya sebatas keinginan memilikimu.

Suatu ketika aku menyadari bahwa benih-benih cinta itu juga tumbuh di ladang hatimu. Yang mengangkat tubuh ini dari lumpur kenistaan. Namun yang kutakutkan benar adanya. Ayahmu seperti mengetahui anyaman cinta kita. Ia mulai masuk dengan sulaman benang kusut. Yang memporakporandakan mahligai nirwana yang telah menjulang.

Pak Haji Husin mengambil langkah bijak. Ia menjodohkanmu dengan Arman, santri muda yang dididik ayahmu sejak mula hingga menjadi harapan penerus cita-citanya.

Aku tahu kamu menderita, bahkan dengan hancur kamu berkata : ”lebih baik aku mati saja, daripada menikah dengan orang yang tak kucinta”.

Kamu salah Aisah. Wanita tak perlu menikah dengan orang yang dicintainya. Cukuplah mendapatkan cinta dari lelaki saja. karena jika sudah dalam ikatan rumah tangga, maka perlahan cinta itu akan datang dengan sendirinya.

Pengertian, kasih sayang dan cinta yang diberikan secara tulus oleh suamimu, pasti akan menimbulkan butir-butir asmara yang menerbangkanmu pada cita rasa dari cinta yang sarat makna.

Tak usah kamu memikirkan aku. Aku akan tegar. Aku akan berjiwa besar. Karena aku sadar bahwa aku masih berdiri pada raga yang kasar.

========

Aku Vera. Aku dilahirkan dari keluarga berada. Dulu ayahku seorang pengusaha dan ibuku seorang ibu rumah tangga biasa yang hidup bahagia bersama suami dan anak-anaknya.

Tiba-tiba kebahagiaan itu hancur. Sekawanan perampok memporakporandakan hidupku. Tepat didepan mataku sebuah belati menikam dada ayahku. Lalu sayatan pisau tajam telah memutuskan urat leher ibuku.

Penderitaanku tidak hanya sampai disitu. Kegadisanku pun terengut dengan paksa. Aku sangat mengenali wajah itu. Tak akan pernah kulupakan. Aku ingin membalas dendam. Tapi semua seperti api yang disulut di dalam sekam. Membara, menjalar - mencekam. Sama seperti rumahku yang dibakar habis oleh para perampok itu.

Untung aku masih bisa diselamatkan. Pekikkan kengerian dan tangis piluku membangunkan orang-orang di perkampungan. Setelah aku dirawat, mereka menitipkanku di sebuah pesantren. Disitu aku berkenalan dengan Aisah, anak Pak Haji Husin.

Suatu ketika aku melihat seorang pemuda tampan yang baru datang. Ia belajar mengaji. Namun aku merasakan sesuatu yang sangat hebat. Tubuhku bergetar, bayang-bayang mengerikan selalu hadir disaat melihat wajah itu. Wajah itu menakutkan, tapi juga menggetarkan, hingga mengisi hari-hariku.

Namun dendam harus terbalas. Aku begitu geram saat mengetahui Aisah begitu mencintainya. Bahkan ia hampir bunuh diri ketika dijodohkan. Hingga aku pun berusaha membujuk Aisah untuk menerima perjodohan itu.

Suatu saat tiba pulalah waktuku. Pak Haji Husin datang memintaku menjadi istri Faisal. Aku pun menerimanya dengan gembira walaupun hati diliputi rasa was-was.

Saat pertama menjadi istri kamu Bang. Aku sudah berniat ingin membunuhmu. Tapi aku takut dihukum. Takut dipenjara. Takut berdosa. Takut dari rasa takut.

Untungnya diawal pernikahan kamu jatuh sakit. Dan aku tahu penyakitmu sangat mematikan. Itulah sebabnya, aku tak jadi membunuhmu. Karena aku yakin usiamu tak akan lama lagi.

Aku menyimpan rahasia ini begitu dalam Bang Faisal. Aku berusaha menjadi istri yang baik hanya karena ingin berada didekatmu saat kamu mengerang nyawa. Aku ingin melihatmu merasakan sakitnya menemui kematian. Setelah itu aku akan kembali kepelukan lelaki yang kucintai, Arman. Yang saat ini sudah menjadi suami Aisah.

========

Aku Aisah. Aku tak bisa menahan pedih. Faisal telah menikah dengan Vera, sahabat karibku dan menganggapku tak lebih dari sampah.

Tapi rasa cinta yang pernah ada mengajakku untuk merasakan perih menahan cinta tak berbalas. Aku tak percaya Faisal menikahi Vera. Aku benci. Aku benci dengan keadaan ini. Aku benci dengan perjodohan oleh ayahku. Aku benci dengan Arman yang menjadi suamiku.

Aku tahu ia mencintai Vera. Aku tahu setiap malam ia bergumam menyebut nama wanita itu. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Baktiku pada orang tua memaksaku menerima pernikahan ini.

Aku merenung diri di kamar sepi. Air mataku tak tertahankan lagi. Aku menghujat cintaku yang mengiris hati bahkan menyayatkan sembilu dikala rindu. Sosokmu hadir di tengadah harap hampa menunggu pasti yang tak pasti bila. Sedikit pun cahaya nafasmu tak pernah menyibak gambut sukma melipurkan lara.

 ========

#TantanganNovel100HariFC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun