Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Fabel) Musang dan Ayam Hitam

7 November 2015   23:12 Diperbarui: 9 November 2015   09:12 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

No. Urut : 39

 

Konon beribu tahun yang lalu, tersebutlah seekor ayam hitam bersama tujuh ekor anaknya sedang mengais-ngais sebuah lumbung padi untuk mencari makan. Ia tidak sadar kalau salah satu tempat tersebut adalah rumah seekor musang beserta tujuh ekor anaknya.

"Hey, ayam hitam, kenapa kau rusak rumah kami!" sergah musang menggelegar

“Maaf, kami tidak tahu kalau ini rumah tuan”, kata ayam hitam ketakutan.

“Saya tidak terima, lihatlah berantakkan semua!” bentak musang lagi

“Kalau begitu izinkan kami perbaiki”, kata ayam hitam semakin takut

“Tidak cukup hanya diperbaiki, setelahnya kami akan memakan kalian semua”. Ancam musang mengerikan.

Mendengar jawaban tersebut ayam hitam gemetar dan ia tertunduk sedih melihat ketujuh ekor anaknya.

“Baiklah tuan musang, kalau begitu beri saya kesempatan untuk memperbaiki rumahmu terlebih dahulu. Setelah selesai, silahkan tuan beserta ketujuh anak tuan memakan kami semua”. Kata ayam hitam.

“Kami akan menunggu di atas pohon itu”. Kata musang sambil menunjuk pohon yang berada tak jauh dari mereka.

Lalu mulailah ayam hitam dibantu oleh ketujuh anaknya menyusun rumah musang yang rusak. Selama memperbaiki tersebut mereka menyusun siasat untuk mengelabui musang.

“Lama sekali” kata induk musang tak sabar ketika melihat matahari mulai terbenam

“Sebentar tuan, tak lama lagi selesai” jawab induk ayam hitam

Dan ketika hari mulai gelap, induk ayam hitam mengumpulkan batu-batu hitam yang terdapat disekitar mereka. Disusunnya tujuh buah batu kecil dan satu buah batu besar seukuran induk ayam.

Kemudian mereka perlahan-lahan meninggalkan tempat itu mencari persembunyian. Setelah terasa aman, maka berdiamlah mereka ditempat tersebut.

“Ayam hitam, apa kalian sudah tidur?” kata induk musang saat memperhatikan bayangan hitam di dekat rumah mereka tidak bergerak lagi.

Namun bayangan hitam tersebut hanya diam dan tidak menjawab walaupun sudah dibentak berkali-kali oleh induk musang.
“Mungkin mereka sudah lelah dan tidur nyenyak”. Kata salah satu anak musang

“Saya sudah tidak sabar ingin memakan mereka”. Kata anak musang lainnya

“Baiklah anak-anakku, silahkan kalian menerkam masing-masing satu dari mereka dan aku akan memakan induknya”. Perintah induk musang.

Kemudian mereka secara bersama-sama menerkam kedelapan bayangan hitam tersebut. Tanpa pikir panjang mereka langsung menggigit dengan taringnya.

“Aduh, gigiku patah” pekik anak musang satu per satu. Demikian juga dengan induk musang.

Lalu induk musang menyalakan lampu dan menerangi benda yang mereka makan. Mereka terkejut begitu mengetahui yang dimakan adalah batu.

“Anakku, kita sudah ditipu oleh ayam hitam. Gigi kita menjadi ompong. Maka sejak saat ini, saya perintahkan semua bangsa musang beserta keturunannya akan berburu ayam hitam. Kita habisi anak keturunan mereka setiap kali mereka lahir”. Kata induk musang penuh amarah.

Maka sejak itu, dengan penuh rasa dendam seluruh bangsa musang terus memburu ayam hitam beserta keturunannya. Dan dongeng ini tidak pernah selesai sampai ayam hitam habis dari muka bumi.

 

Note

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community:

http://www.kompasiana.com/androgini

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

Fiksiana Community :https://www.facebook.com/groups/175201439229892/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun