Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencari Tanah Pengharapan

14 Oktober 2014   23:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi jika dihembuskan masalah SARA. Itu adalah senjata yang paling ampuh untuk memecahbelah mereka. Jika penduduk pribumi yang mempermasalahkannya maka HAM yang akan bertindak. Tapi jika aku ataupun sisa-sisa keturunan China Daratan yang melakukan maka serangan SARA akan berbalik kepada penduduk pribumi itu sendiri.

Suatu ketika aku mengumpat kepada salah satu penyelenggara pemerintahan dengan sebutan “bajingan!”. Maka bermunculanlah segala sumpah serapah dan umpatan yang ditujukan padaku. Aku hanya tertawa mendapati semua itu. Lagian apa peduliku. Toh, media-media bayaran kakekku sudah memblow-upnya. Sehingga umpatan terkesan istimewa dan berlalu bagai angin saja.

“Dasar, kadar sarkasmemu sangat tinggi!” maki kakek samar-samar di handphone. Dulu, ketika umurku menjelang tujuh tahun, aku mulai mengenal makian. Ketika umurku beranjak ke delapan tahun, makian itu semakin nyaring di telinga. Ketika umurku menjelang sembilan tahun, aku sudah sangat akrab dengan makian. Aku sering dihina, tapi sering pula menghina. Walaupun dalam agamaku dilarang mengucapkannya, tapi lingkunganku sudah mengajarkanku demikian, hingga tak ada lagi rasa bersalah ataupun berdosa ketika makian harus kuungapkan.

=====

“Hei, Achong. Aku tahu cita-citamu? Aku membutuhkanmu untuk mengangkat partai yang baru kubentuk. Dan kamu memerlukan aku sebagai wadah menuju puncak cita-citamu.” Pekik Pak Tua Gondo pendiri Partai Rakyat.

Pak Gondo sudah terkenal sebagai pejuang, karena ia memiliki darah pejuang dan juga keturunan para pejuang di negeri Dwipayana ini. Ia sudah lama bergerilya ke pelosok-pelosok negeri untuk mengenal dan dikenal rakyatnya. Bahkan ia tak segan-segan bercerita tentang hidup dan kehidupannya kepada siapa saja. Entahlah, mungkin sudah berjibun pengalaman dan cita-cita yang menumpuk, membukit atau menggunung dalam otaknya. Jadi, dia harus membagikan pengalaman dan cita-cita itu kepada orang lain sebelum mereka meledakkan otaknya sendiri.

“Berarti kita sejalan dan sehaluan Pak?”

“Ya iyalah, kamu akan kubawa ke ibukota negeri ini!” Ia mengucapkannya dengan penuh semangat.

“Tapi saya bukan orang pribumi Pak”. Aku meminta kepastian.

“Justru itu yang akan membuat kamu cepat terkenal dan partai kita disukai, karena lebih mengedepankan keberagaman.” Jawabnya meyakinkanku.

=====

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun