Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

RW O3

3 Agustus 2024   06:49 Diperbarui: 3 Agustus 2024   06:54 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RW 03

Di ujung kota Karawang, terdapat sebuah kompleks perumahan bersubsidi yang viral yakni RW 03. Tempat ini, yang dulunya dihuni oleh keluarga-keluarga sederhana dengan kehidupan yang damai, kini berubah menjadi lokasi penuh misteri dan ketakutan. Semuanya dimulai beberapa bulan lalu, ketika pengurus lingkungan kompleks ini mulai meninggal dengan cara yang aneh dan tak terduga.

Tiap bulan, ada saja satu pengurus yang meninggal dengan cara yang misterius. Dari tersedak makanan saat rapat, hingga terpeleset di tangga, atau bahkan tersetrum saat memperbaiki lampu jalan. Yang paling aneh adalah kematian seorang ibu rumah tangga yang mengalami kecelakaan tunggal; mobilnya menabrak pohon dengan kecepatan tinggi, padahal ia dikenal sebagai pengemudi yang hati-hati. Warga awalnya menganggapnya sebagai serangkaian nasib buruk yang tragis. Namun, ketika kematian ini terus berulang, mereka mulai merasakan adanya keganjilan.

Ketegangan di kompleks ini semakin meningkat saat Ustad Faris, seorang ustad muda yang baru saja pindah, mulai berbaur dengan warga. Ustad Faris dikenal karismatik dan penuh wibawa. Ia segera mendapatkan kepercayaan warga dengan kebaikan dan kebijaksanaannya. Suatu hari, dalam sebuah percakapan santai dengan Pak RT, Ustad Faris mendengar cerita tentang sebuah rumah di sudut kompleks yang sudah lima tahun tak berpenghuni.

"Rumah itu selalu terkunci rapat," ujar Pak RT dengan nada misterius. "Tidak ada yang tahu siapa pemiliknya, dan tak ada yang berani mendekat. Rumah itu seperti... dilupakan."

Penasaran dengan cerita itu, Ustad Faris memutuskan untuk menyelidikinya. Dengan persetujuan Pak RT, mereka membuka pintu rumah yang sudah berkarat. Bau apek dan lembab menyergap mereka, namun yang paling mengejutkan adalah apa yang mereka temukan di dalam: dua rangka manusia, terbaring di sudut ruangan, dengan coretan samar di dinding yang bertuliskan, "Tolong kami."

Berita tentang penemuan mengerikan ini segera menyebar di seluruh kompleks. Polisi dipanggil untuk menyelidiki, dan hasilnya menggemparkan warga: rangka itu adalah seorang ibu dan anaknya yang telah meninggal lima tahun lalu. Tak seorang pun di kompleks itu mengetahui keberadaan mereka, dan selama ini rumah tersebut terkunci tanpa ada yang menyadarinya.

Setelah penemuan ini, kematian-kematian aneh semakin sering terjadi, terutama di sekitar rumah tersebut. Ustad Faris mulai mengingatkan warga akan bahaya yang mengintai. Ia bercerita tentang suara-suara aneh dan bayangan yang dilihatnya saat melakukan doa malam di dekat rumah tersebut. "Arwah mereka tidak tenang," ujar Ustad Faris dengan nada penuh keseriusan. "Mereka marah karena diabaikan dan dibiarkan sendiri."

Cerita ini segera meresahkan warga. Ketakutan meluas, diperparah dengan klaim Ustad Faris bahwa arwah ibu dan anak itu merasa dendam karena kompleks tersebut membiarkan mereka terlupakan. Ia memperingatkan warga bahwa mereka bisa menjadi korban berikutnya jika tidak melakukan sesuatu. Ustad Faris mengadakan doa bersama, namun tak lupa menyarankan agar warga mulai mempertimbangkan untuk menjual rumah mereka dan pindah dari tempat itu.

Ketakutan mencapai puncaknya saat Ustad Faris memperkenalkan seorang perantara yang siap membeli rumah-rumah di kompleks itu dengan harga murah. Banyak warga, yang sudah ketakutan oleh cerita-cerita seram dan serangkaian kematian aneh, memilih untuk menjual rumah mereka dengan harga di bawah pasaran. Ustad Faris dan perantara tersebut dengan cepat mengambil alih properti-properti itu.

Namun, tidak semua warga terpengaruh. Pak Anto, seorang pria tua yang skeptis, merasa ada yang tidak beres. Dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Pak Anto mengamati bahwa kematian aneh itu selalu terjadi di sekitar rumah yang sudah dibeli oleh perantara yang dibawa oleh Ustad Faris. Dengan diam-diam, Pak Anto mulai mencari informasi tentang Ustad Faris dan perantara tersebut.

Dalam penyelidikannya, Pak Anto menemukan fakta mengejutkan: Ustad Faris ternyata bukanlah ustad yang tulus. Dia adalah bagian dari skema besar untuk menguasai kompleks perumahan tersebut. Investor besar di balik skema ini berencana merombak kompleks menjadi area komersial. Ustad Faris menggunakan cerita-cerita horor untuk menakut-nakuti warga, memaksa mereka menjual rumah dengan harga murah. Pengurus lingkungan yang mencoba mengungkap atau menentang rencana ini secara misterius "mengalami kecelakaan."

Pak Anto tidak tinggal diam. Dengan bukti yang cukup, ia memutuskan untuk menghadapi Ustad Faris. Dalam sebuah pertemuan rahasia di balai warga yang kosong, Pak Anto mengungkap semua yang ia temukan. Warga yang masih bertahan merasa dikhianati dan marah. Mereka bersatu, dan bersama-sama melaporkan Ustad Faris dan perantaranya ke pihak berwajib.

Dengan cepat, polisi bergerak. Ustad Faris dan komplotannya ditangkap, dituduh atas penipuan, penggelapan, dan bahkan dicurigai terlibat dalam kematian mencurigakan yang terjadi. Proses hukum berjalan, dan Ustad Faris serta komplotannya diadili.

Setelah penangkapan ini, warga RW 03 merasa lega, meski masih dihantui oleh trauma dari kejadian-kejadian tersebut. Mereka yang telah menjual rumah mereka dengan harga murah mendapatkan kompensasi yang layak berkat bantuan hukum. Kompleks perumahan RW 03 perlahan pulih dari bayang-bayang ketakutan. Dengan semangat gotong royong dan solidaritas, warga kembali membangun komunitas yang kuat dan waspada.

Kisah ini menjadi pelajaran pahit namun berharga bagi warga RW 03. Mereka belajar bahwa ketakutan bisa dimanfaatkan oleh mereka yang ingin mengeksploitasi. Namun, mereka juga belajar bahwa dengan keberanian dan solidaritas, kebenaran akhirnya akan terungkap, dan keadilan bisa ditegakkan. RW 03 kini berdiri sebagai simbol kebangkitan, tempat di mana kebenaran dan keberanian mengalahkan kegelapan dan penipuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun