Mohon tunggu...
Dudu Hidayat
Dudu Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Saya sebagai seorang Tenaga Pendidik di SMA

Senang petualangan (ngabolang)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meningkatkan Keterlibatan Siswa melalui Penggunaan Alat Pembelajaran Digital Interaktif

29 Agustus 2024   12:50 Diperbarui: 29 Agustus 2024   12:59 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sebuah tema dalam menerapkan Coaching sesama rekan guru di SMAN 1 Parongpong)

Assalamualaiku. Wr. Wb Perkenalkan nama saya Dudu Hidayat R, saya seorang guru Informatika di SMAN 1 PARONGPONG. Saat ini saya sedang mengikuti diklat CGP Jabar 2024 melalui Platform Sista Praja. Pada kesempatan kali ini saya mencoba membuat tulisan mengenai aksi nyata saya ketika mendiseminasikan hasil Pembelajaran saya pada Modul 2.3. Modul ini Membahas tentang "Coaching". Dalam tulisan ini saya mencoba menuangkan pandangan dan pengalaman saya dari hasil mempelajari modulnya dan mencoba menerapkannya di lingkungan sesama pengajar di SMAN 1 PARONGPONG.

A. Definisi dan Karakteristik Coaching

Coaching merupakan proses interaktif yang bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dalam mencapai tujuan tertentu melalui pengembangan keterampilan dan pengetahuan. Dalam konteks pendidikan, coaching dapat didefinisikan sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar dan memfasilitasi pembelajaran siswa. Menurut Grant (2017), coaching dalam pendidikan tidak hanya berfokus pada pengembangan profesional guru, tetapi juga pada peningkatan hasil belajar siswa.

Karakteristik utama dari coaching adalah adanya hubungan kolaboratif antara coach dan coachee, di mana coach berperan sebagai fasilitator yang membantu coachee dalam menemukan solusi dan strategi yang tepat untuk tantangan yang dihadapi.

Karakteristik lain dari coaching adalah adanya proses refleksi yang berkelanjutan. Refleksi ini melibatkan evaluasi terhadap praktik mengajar dan hasil belajar siswa, sehingga guru dapat mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Dalam konteks ini, penggunaan alat pembelajaran digital interaktif dapat menjadi salah satu fokus refleksi, di mana guru dapat mengevaluasi dampaknya terhadap keterlibatan siswa.

Coaching juga memerlukan penetapan tujuan yang jelas dan terukur. Dalam hal ini, tujuan coaching di SMAN 1 Parongpong adalah untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui penggunaan alat pembelajaran digital interaktif. Dengan menetapkan tujuan yang jelas, guru dapat lebih mudah merencanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya. 

Akhirnya, coaching harus bersifat berkelanjutan dan adaptif. Proses pembelajaran tidak berhenti setelah satu sesi coaching, tetapi harus terus menerus dilakukan untuk memastikan bahwa guru selalu dapat mengikuti perkembangan terbaru dalam pendidikan dan teknologi.

B. Metode Coaching yang Digunakan

Metode coaching yang digunakan dalam program ini adalah percakapan pemecahan masalah dengan alur TIRTA, yang merupakan singkatan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, Tanggung Jawab, dan Aksi. Metode ini dirancang untuk membantu guru dalam merumuskan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran dan menemukan solusi yang tepat.

Tahap pertama dalam alur TIRTA adalah menetapkan Tujuan. Pada tahap ini, coach dan coachee bersama-sama merumuskan tujuan spesifik yang ingin dicapai. Misalnya, salah satu tujuan yang ditetapkan adalah meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran melalui penggunaan alat pembelajaran digital interaktif. Penetapan tujuan yang jelas akan memudahkan langkah-langkah selanjutnya dalam proses coaching.

Setelah tujuan ditetapkan, tahap berikutnya adalah Identifikasi. Pada tahap ini, coach dan coachee melakukan analisis terhadap tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan tersebut. Dalam konteks penggunaan alat pembelajaran digital interaktif, tantangan yang mungkin muncul termasuk kurangnya pengetahuan tentang alat tersebut atau resistensi siswa terhadap pembelajaran digital.

Dokumentasi Coaching Gamifikasi Pembelajaran, Sumber poto: (Dokpri)
Dokumentasi Coaching Gamifikasi Pembelajaran, Sumber poto: (Dokpri)
Tahap ketiga adalah Rencana Aksi, di mana coach dan coachee merancang langkah-langkah konkret yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya, guru dapat merencanakan untuk mengikuti pelatihan tentang penggunaan aplikasi pembelajaran digital atau melakukan kolaborasi dengan guru lain untuk berbagi pengalaman.

Setelah rencana aksi disusun, tahap selanjutnya adalah Tanggung Jawab. Dalam tahap ini, coach dan coachee mendiskusikan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap langkah dalam rencana aksi. Penetapan tanggung jawab yang jelas akan membantu memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam proses dan berkomitmen untuk mencapai tujuan.

Akhirnya, tahap terakhir adalah Aksi, di mana coachee melaksanakan rencana yang telah disusun. Pada tahap ini, coach memberikan dukungan dan umpan balik yang diperlukan untuk membantu coachee dalam menjalankan rencana aksi. Proses umpan balik yang konstruktif dapat membantu guru untuk terus memperbaiki praktik mengajarnya.

C. Catatan Percakapan

Catatan percakapan dalam proses coaching merupakan dokumentasi penting yang mencerminkan setiap tahap dalam alur TIRTA. Catatan ini tidak hanya berfungsi sebagai referensi untuk coach dan coachee, tetapi juga sebagai alat evaluasi untuk mengukur kemajuan yang telah dicapai.

Pada tahap Tujuan, catatan percakapan mencatat tujuan spesifik yang telah disepakati oleh coach dan coachee. Misalnya, jika tujuan yang ditetapkan adalah meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran menggunakan alat pembelajaran digital interaktif, catatan ini akan mencakup rincian tentang alat yang akan digunakan, seperti aplikasi Classpoint, Jeopardylabs, Quizizz,  platform pembelajaran LMS sekolah (Pijar Sekolah).

Dokumentasi Coaching Gamifikasi Pembelajaran, Sumber poto: (Dokpri)
Dokumentasi Coaching Gamifikasi Pembelajaran, Sumber poto: (Dokpri)
Selanjutnya, pada tahap Identifikasi, catatan percakapan mencakup analisis tantangan yang dihadapi. Misalnya, jika salah satu tantangan yang diidentifikasi adalah siswa tidak punya Hp atau tidak punya kuota, catatan ini akan mencatat langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah tersebut, seperti membantu meminjam Hp temannya, memberikan akses wifi kelas (terbatas untuk beberapa siswa).

Pada tahap Rencana Aksi, catatan percakapan akan mencakup langkah-langkah konkret yang disepakati untuk mencapai tujuan. Misalnya, jika rencana aksi mencakup pelatihan penggunaan alat pembelajaran digital, catatan ini akan mencatat tanggal, waktu, dan format pelatihan yang akan dilakukan.

Tahap Tanggung Jawab juga dicatat dengan jelas dalam percakapan. Setiap langkah dalam rencana aksi akan dicatat dengan siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Misalnya, jika salah satu langkah adalah mengadakan sesi pelatihan, catatan akan mencatat siapa yang akan memfasilitasi pelatihan tersebut dan siapa yang akan berpartisipasi.

Akhirnya, pada tahap Aksi, catatan percakapan mencatat hasil dari setiap tindakan yang diambil. Ini termasuk umpan balik dari siswa tentang penggunaan alat pembelajaran digital dan dampaknya terhadap keterlibatan mereka. Dengan mendokumentasikan setiap tahap, coach dan coachee dapat melakukan refleksi yang lebih mendalam dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk meningkatkan praktik pengajaran.

D. Refleksi terhadap Proses Coaching

Sebagai coach, proses coaching yang dilakukan di SMAN 1 Parongpong memberikan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana meningkatkan keterlibatan siswa melalui penggunaan alat pembelajaran digital interaktif. Salah satu refleksi utama yang dapat diambil adalah pentingnya membangun hubungan yang kuat antara coach dan coachee. Hubungan yang saling percaya dan terbuka memungkinkan para guru untuk berbagi tantangan dan keberhasilan mereka tanpa rasa takut akan penilaian.

Refleksi lain yang saya dapatkan adalah pentingnya umpan balik yang konstruktif. Selama sesi coaching, saya berusaha memberikan umpan balik yang jelas dan spesifik tentang praktik penggunaan aplikasi digital yang akan digunakan mengajar para coachee. Saya menemukan bahwa umpan balik yang diberikan secara langsung setelah sesi pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman guru tentang apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki.

Proses coaching juga memberikan kesempatan bagi saya untuk terus belajar. Setiap sesi coaching merupakan pengalaman baru yang memungkinkan saya untuk mengeksplorasi berbagai alat pembelajaran digital dan strategi penggunaannya. Dengan terus belajar dari pengalaman ini, saya dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan saya sebagai guru dan coach.

Akhirnya, refleksi terhadap proses coaching menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dapat ditingkatkan melalui kolaborasi antara guru. Dengan berbagi pengalaman dan strategi, para guru dapat saling mendukung dalam mengimplementasikan alat pembelajaran digital interaktif.

E. Evaluasi terhadap Efektivitas Coaching

Evaluasi terhadap efektivitas coaching merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Dalam konteks SMAN 1 Parongpong, evaluasi dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap praktik mengajar guru setelah sesi coaching, serta umpan balik dari siswa mengenai pengalaman belajar mereka.

Salah satu indikator efektivitas coaching adalah peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sebelum coaching, banyak siswa yang menunjukkan kurangnya minat dalam pembelajaran yang monoton dengan ceramah yang berlangsung hanya satu arah. Namun, setelah guru mengimplementasikan alat pembelajaran digital interaktif, seperti aplikasi kuis dan platform pembelajaran, tingkat keterlibatan siswa meningkat secara signifikan.

Evaluasi juga mencakup analisis terhadap perubahan dalam praktik mengajar guru. Setelah mengikuti sesi coaching, banyak guru yang melaporkan bahwa mereka lebih percaya diri dalam menggunakan teknologi dalam pengajaran. Dalam hal ini, coaching telah berhasil meningkatkan keterampilan dan pengetahuan guru dalam mengimplementasikan alat pembelajaran digital.

Namun, evaluasi juga harus mencakup aspek-aspek yang perlu diperbaiki. Beberapa guru masih merasa kesulitan dalam mengintegrasikan alat pembelajaran digital ke dalam kurikulum yang ada. Oleh karena itu, penting untuk terus memberikan dukungan dan pelatihan tambahan agar guru dapat lebih nyaman menggunakan teknologi.

Secara keseluruhan, evaluasi terhadap efektivitas coaching di SMAN 1 Parongpong menunjukkan bahwa penggunaan alat pembelajaran digital interaktif dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan memperbaiki praktik mengajar guru. Namun, proses ini memerlukan dukungan yang berkelanjutan dan adaptasi terhadap kebutuhan individu agar hasil yang dicapai dapat lebih optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun