Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Benarkah Masa Survival Pernikahan Satu Sampai Lima Tahunan?

12 Agustus 2024   16:55 Diperbarui: 13 Agustus 2024   10:12 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Gambar dari depositphotos.com

Problematika pernikahan tidaklah semudah seperti apa yang dipikirkan sebelumnya.

Lima tahun pertama berumah tangga merupakan masa-masa sulit bagi para pelakunya untuk tetap survive berjalan di relnya.

Seperti banyak kita ketahui, bahwa di masa awal pernikahan ada yang namanya honeymoon phase atau masa bulan madu.

Baca juga: Sama-Sama Egois

Honeymoon phase adalah bagian awal dari hubungan pasangan di mana segala sesuatunya tampak tanpa beban dan bahagia. Biasanya berlangsung dari enam bulan hingga dua tahun dan dapat ditandai dengan banyak tawa, keintiman, dan kencan yang menyenangkan, (Michelle Mouhtis).

Masa bulan madu ini sangat terbatas waktu, masa bulan madu biasanya hanya dimiliki oleh orang-orang yang punya uang saja, mereka berwisata berdua saja.

Mulailah setelah hari itu realitas kehidupan rumah tangga, akan mereka jalani sebenar-benarnya.

Itulah sebabnya survival pernikahan akan diukur dari 1-5 tahun pertama pernikahan.

Kenapa masalah 5 tahun pertama sangat sulit dihadapi oleh sebuah pernikahan pemula, karena dalam fase ini ada beberapa hal yang mesti diadaptasi.

Beberapa hal adaptasi di dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan keseharian yakni, kegiatan sehari-hari, adaptasi dalam keuangan, adaptasi dalam kepemimpinan/tanggung jawab.

Pertama, adaptasi dalam kegiatan sehari-hari. Biasanya sebelum menikah baik si laki-laki atau perempuan, mereka berdua hidup dalam pengawasan ibu bapaknya.

Keduanya merasa bebas, hanya orang tua saja yang memperingati mereka saat tidur kesiangan, kegiatan mereka terlalu membahayakan atau hal apa pun, semua aktivitas dalam kendali orang tua.

Namun setelah berumah tangga, mereka harus mampu mengendalikan diri sendiri, dewasa dan mampu bertanggung jawab.

Mampu menerima beban yang ada, dan harus dipikulnya sendiri dalam kehidupan rumah tangganya yang baru.

Saat dulu masih ada dalam lingkungan keluarganya, dia mungkin bisa seenaknya membantah perintah orang tua, melalaikan perintahnya atau bahkan melawan perintah orang tua. Tapi kini dia harus benar-benar matang untuk keputusan segala sesuatu.

Tidak bisa keputusan diambil secara sporadis, mendadak atau tanpa perhitungan. Bisa-bisa rumah tangga yang diidam-idamkan menjadi berantakan.

Kedua, adaptasi keuangan. Saat masih lajang tidak terlalu pusing untuk memikirkan urusan keuangan. Ada uang jalan tidak ada uang pun tidak apa-apa, tetap jalan juga. Tetapi setelah masuk dunia rumah tangga manajemen keuangan harus benar-benar diatur secara rapi, jika tidak maka akan menjadi awal pertengkaran dengan pasangan.

Sosok yang bertanggung jawab dalam urusan keuangan adalah suami. Suami wajib menafkahi istrinya, wajib mencari kerja dan dia bertanggung jawab penuh atas keamanan ekonomi keluarga.

Sementara perempuan sebagai istri harus mampu mengatur keuangan agar berjalan sebagaimana mestinya.

Dalam urusan keuangan rumah tangga, adaptasi keuangan ini sangat diperlukan sekali sehingga suami tidak bisa semena-mena hanya karena merasa ini uang dia lantas berlaku semena-mena.

Ketiga, adaptasi kepemimpinan atau tanggung jawab. Lelaki dewasa yang telah menikah otomatis berperan sebagai pemimpin dan memiliki tanggung jawab penuh atas keluarga barunya.

Semasa masih membujang, hidup dalam tanggung jawab orang tuanya, maka hari ini dia tidak bisa berleha lagi di pundaknya kini ada tanggung jawab. Suami harus memberi rasa aman dan nyaman terhadap istri dan keluarganya.

Dari ketiga adaptasi tersebut, jika tidak bisa menjalankan sebagaimana mestinya maka rumah tangga akan terjadi keguncangan, paling tidak riak-riak keributan.

Kisruh ini biasa terjadi dalam kurun satu tahun pertama pernikahan dan terus berlanjut sampai batas waktu yang normatifnya lima tahunan. Selanjutnya, permasalahan tidak jauh dari inti yang pernah terjadi.

Berbagai adaptasi tadi akan menjadi kebiasaan, lalu kebiasaan sudah menemukan solusinya sehingga pasangan bisa kembali kepada solusi awal.

Jika pun menemukan masalah baru, percayalah semuanya tidak lepas dari masalah-masalah pertama. Semua masalah akan selalu berkutat pada lingkaran keseharian, keuangan, tanggung jawab dan semisalnya.

Tak jarang pasangan mampu survive di lima tahun pertama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun