Keduanya merasa bebas, hanya orang tua saja yang memperingati mereka saat tidur kesiangan, kegiatan mereka terlalu membahayakan atau hal apa pun, semua aktivitas dalam kendali orang tua.
Namun setelah berumah tangga, mereka harus mampu mengendalikan diri sendiri, dewasa dan mampu bertanggung jawab.
Mampu menerima beban yang ada, dan harus dipikulnya sendiri dalam kehidupan rumah tangganya yang baru.
Saat dulu masih ada dalam lingkungan keluarganya, dia mungkin bisa seenaknya membantah perintah orang tua, melalaikan perintahnya atau bahkan melawan perintah orang tua. Tapi kini dia harus benar-benar matang untuk keputusan segala sesuatu.
Tidak bisa keputusan diambil secara sporadis, mendadak atau tanpa perhitungan. Bisa-bisa rumah tangga yang diidam-idamkan menjadi berantakan.
Kedua, adaptasi keuangan. Saat masih lajang tidak terlalu pusing untuk memikirkan urusan keuangan. Ada uang jalan tidak ada uang pun tidak apa-apa, tetap jalan juga. Tetapi setelah masuk dunia rumah tangga manajemen keuangan harus benar-benar diatur secara rapi, jika tidak maka akan menjadi awal pertengkaran dengan pasangan.
Sosok yang bertanggung jawab dalam urusan keuangan adalah suami. Suami wajib menafkahi istrinya, wajib mencari kerja dan dia bertanggung jawab penuh atas keamanan ekonomi keluarga.
Sementara perempuan sebagai istri harus mampu mengatur keuangan agar berjalan sebagaimana mestinya.
Dalam urusan keuangan rumah tangga, adaptasi keuangan ini sangat diperlukan sekali sehingga suami tidak bisa semena-mena hanya karena merasa ini uang dia lantas berlaku semena-mena.
Ketiga, adaptasi kepemimpinan atau tanggung jawab. Lelaki dewasa yang telah menikah otomatis berperan sebagai pemimpin dan memiliki tanggung jawab penuh atas keluarga barunya.
Semasa masih membujang, hidup dalam tanggung jawab orang tuanya, maka hari ini dia tidak bisa berleha lagi di pundaknya kini ada tanggung jawab. Suami harus memberi rasa aman dan nyaman terhadap istri dan keluarganya.