Beda pandangan tidak harus menjadikan pecahnya rumah tangga seseorang, anggap saja beda pandangan merupakan bumbu-bumbu dalam sebuah rumah tangga.
Hidup berumah tangga itu dinamis tidak monoton, tidak selalu ada dalam kebahagiaan atau kesenangan tapi ingat juga tidak selalu dalam kesusahan atau kedukaan.
Setiap hari dalam berumah tangga begitu sangat dinamis, proporsi beda pandangan harus dipahami oleh masing-masing pasangan sewajarnya.
Selama beda pandangan tidak menyangkut hal yang prinsipil maka hal itu tidak menjadi masalah dan tidak perlu dibesar-besarkan dan jika pun hal itu menyangkut satu hal yang prinsipil maka akan ada banyak jalan untuk menyelesaikannya.
Komunikasi yang intens, suasana yang cair bisa jadi mempercepat hubungan baik antar pasangan tersebut.
Beda pandangan pasti telah dialami oleh setiap pasangan kendati dia seorang tokoh agama sekali pun. Biasanya yang membedakan adalah kecepatan meredam permasalahan dengan orang awam sehingga terlihat seperti baik-baik saja padahal sejatinya masalah akan melanda setiap pasangan rumah tangga.
Semakin lama berumah tangga semakin siap pikiran akan menerima setiap perbedaan yang ada karena begitu seringnya permasalahan yang datang mendera rumah tangga menjadikan pasangan rumah tangga menjadi dewasa dalam berpikir dan bertindak.
Belajar dan terus belajar dalam menghadapi setiap masalah. Harusnya setiap pasangan paham akan makna sesungguhnya dalam mengarungi samudra rumah tangga.
Tidak mudah mengambil keputusan di saat panas, khawatir apa yang diputuskan karena ketergesaan berakibat penyesalan.
Perbedaan pandangan adalah kekayaan ide yang semestinya diakomodir dengan sikap positif. Sikap konfrontatif hanya akan memperkeruh suasana saja.
Saat berbeda pandangan ingatlah bahwa banyak hal yang mempersatukan pandangan dan itu merupakan hal yang mendorong untuk mereka bersatu pertama kali mengikat janji.