Komunikasi adalah salah satu cara manusia mengungkapkan isi hati atau keinginannya, dengan cara ini pula terjalin saling pengertian dan kepahaman.
Sangat panjang sejarah manusia tentang komunikasi. Sebelum ada bahasa lisan yang terucap, komunikasi dilakukan dengan cara isyarat karena bahasa lisan belum berlaku secara umum.
Dunia bergeser teknologi berkembang sangat pesat ditandai dengan munculnya berbagai platform media sosial sebagai sarana komunikasi kecepatan yang hanya dibatasi oleh signal.
Media sosial saat ini menjadi sarana favorit untuk meluapkan isi hati atau bercengkrama sesama teman dan saudara.
Fitur chatting seperti WA, Messenger dan sebagainya menjadi dominan dipakai untuk berkomunikasi generasi milenial dan gen-Z sangat paham dalam urusan ini, dampak positif sangat berlimpah.
Dalam platform media sosial ada istilah follower, di sinilah percakapan itu dimulai bisa melibatkan jutaan orang dalam satu kali percakapan. Namun dampak buruk membayangi dalam percakapan itu.
Ternyata tidak semua follower itu suka terhadap orang yang diikutinya terkadang banyak juga follower yang justru masuk menjadi pembenci (haters).
Komunikasi pada medsos terkadang bisa menimbulkan banyak mispersepsi karena pesan-pesannya berlaku singkat untuk dicerna, belum lagi typo dan kurang tik. Itu sangat berpengaruh sekali bagi mereka yang baperan (bawa perasaan) atau berperasaan sensitif.
Oleh karenanya jangan baperan saat berkomunikasi lewat WhatsApp karena ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan secara rinci di dalamnya.
Kita juga tidak bisa menilai hanya dari tulisannya saja jika ada hal-hal yang perlu diklarifikasi maka lakukanlah secara live atau by phone biar menjadi terang benderang.
Dalam komunikasi langsung tanpa media sosial terkadang mimik wajah selalu dipersepsikan terlebih dahulu. Jika mimiknya tersenyum berarti dia sopan dan baik, lain halnya jika mimiknya masam dan cemberut maka bisa dipastikan dia sedang tidak baik-baik saja atau sedang tidak bahagia.
Perspektif semacam itu tidak seratus persen benar karena bisa jadi apa yang terlihat di wajah sangat berbeda dengan isi hatinya, tabayun menjadi satu hal yang paling penting agar tidak menimbulkan suuzon dan malah berbuah keburukan.
Apa sebabnya kita harus selalu mendahulukan husnudzon, karena apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan apa yang sebenarnya melekat pada karakter seseorang.
Jangan baper dalam berkomunikasi, kekakuan kita dalam menjalin komunikasi malah menjauhkan kita dari kebanyakan orang. Tidak menutup diri dengan dunia luar, juga jangan terlalu terbuka adalah kunci menjaga keharmonisan dalam berkomunikasi.
Paling tidak itulah yang mesti dijaga, jangan terlalu dibuat-buat natural saja. Munculkan karakter kita sebenarnya. Jika kita periang dan suka bergaul teruslah kembangkan tanpa menyinggung perasaan orang lain. Jika kita suka menyendiri luangkan sesekali waktu untuk bercanda dengan orang-orang sekitar. Baperan hanya akan menyesakkan diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H