Dalam komunikasi langsung tanpa media sosial terkadang mimik wajah selalu dipersepsikan terlebih dahulu. Jika mimiknya tersenyum berarti dia sopan dan baik, lain halnya jika mimiknya masam dan cemberut maka bisa dipastikan dia sedang tidak baik-baik saja atau sedang tidak bahagia.
Perspektif semacam itu tidak seratus persen benar karena bisa jadi apa yang terlihat di wajah sangat berbeda dengan isi hatinya, tabayun menjadi satu hal yang paling penting agar tidak menimbulkan suuzon dan malah berbuah keburukan.
Apa sebabnya kita harus selalu mendahulukan husnudzon, karena apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan apa yang sebenarnya melekat pada karakter seseorang.
Jangan baper dalam berkomunikasi, kekakuan kita dalam menjalin komunikasi malah menjauhkan kita dari kebanyakan orang. Tidak menutup diri dengan dunia luar, juga jangan terlalu terbuka adalah kunci menjaga keharmonisan dalam berkomunikasi.
Paling tidak itulah yang mesti dijaga, jangan terlalu dibuat-buat natural saja. Munculkan karakter kita sebenarnya. Jika kita periang dan suka bergaul teruslah kembangkan tanpa menyinggung perasaan orang lain. Jika kita suka menyendiri luangkan sesekali waktu untuk bercanda dengan orang-orang sekitar. Baperan hanya akan menyesakkan diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H