Saat kita mengamati aktivitas sepasang burung dara yang sangat familiar di keseharian kita, akan banyak terlihat sisi positif dari perilaku burung tersebut.
Mulai dari setia kepada pasangan yang ditunjukkan dengan monogami, saling bekerja sama membuat sarang telur, bekerja sama mengerami telur dan saat menetas keduanya bekerja sama saling menyuapi anaknya.
Tak ada kata terpaksa bagi sang jantan untuk membantu betinanya karena instingnya memang demikian.
Sang jantan siap menjaga sarang dari gangguan eksternal, sanggup mencarikan makan untuk anak-anak dan kewajiban-kewajiban lainnya layaknya seorang pelindung.
Ini yang terjadi dari fenomena burung dara, burung jinak yang selalu ada di sekitar kita.
Ada pelajaran yang sangat berharga bagi manusia meniru hal positif dari perilaku burung dara.
Mengapa tidak semua suami berperilaku layaknya burung dara jantan. Dia harus menjadi pelindung, pencari nafkah sekaligus pendidik bukan sebaliknya.
Manusia diberi akal dengan demikian manusia harus lebih paham lagi apa yang layak dilakukannya.
Akal manusia membimbing dia untuk berbuat sesuatu apakah baik atau buruk. Saling pengertian dan saling memahami fungsi sekaligus tugas masing-masing dalam mengurus rumah tangga.
Layak ditiru dari perilaku burung dara, tidak terpaksa untuk berbuat satu kebaikan demi keluarga dan bekerja dengan sepenuh hati.