Saat melihat antusiasme umat Islam dalam berkurban, tahun demi tahun sepertinya tidak semakin surut bahkan semakin tahun kesadaran umat Islam dalam berkurban semakin tinggi.
Ibadah yang lekat dengan ibadah haji ini, menggambarkan bagi kita betapa semangatnya umat Islam berlomba-lomba mendatangi, berziarah ke Baitullah. Padahal dari waktu ke waktu ongkos naik haji bukan semakin berkurang bahkan semakin bertambah.
Namun dari data pengelola haji banyak di antara warga Indonesia atau umat Islam umumnya harus menunggu belasan tahun untuk mendapat giliran tiket naik haji.
Apakah ini bentuk suatu kesadaran umat Islam terhadap ajaran agamanya ataukah mungkin ada motif lain selain itu. Hanya pelakunya dan Tuhan yang tahu motif apa dibalik itu semua yang jelas faktanya umat Islam setiap tahun berbondong-bondong beribadah haji.
Jutaan orang berkumpul dalam satu waktu. Selain itu, orang-orang yang tidak atau belum berkesempatan naik haji mereka melaksanakan ibadah kurban di daerahnya masing-masing.
Ritual kurban mengingatkan kita pada kisah dua putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil, saat keduanya dituntut oleh Allah untuk mengorbankan milik mereka yang terbaik, itulah syariat kurban yang terdeteksi pertama kali dilakukan oleh manusia sebagai penghambaan terhadap Tuhannya.
Baik haji maupun kurban keduanya memiliki efek ganda. Pertama pengabdian terhadap Tuhan, kedua merupakan wujud rasa empati sesama manusia walau dengan status sosial yang berbeda tetapi saat itu di hadapan Tuhan mereka adalah sama.
Tidak ada strata sosial yang tinggi saat berhaji tidak ada strata sosial yang lebih tinggi saat berkurban, semua harus dilakukan secara ikhlas, karena tanpa keikhlasan muka gugurlah ibadah tersebut.
Jika ada motif lain selain pengabdian atau penghambaan terhadap Tuhan, maka terkategorikan Syirik dan itu sangat bertentangan dengan makna utama daripada beribadah kepada Allah.
Ibadah haji menuntut seseorang memiliki kemampuan ilmu pengetahuan tentang praktik-praktik ibadahnya, kemampuan finansial dan kemampuan fisik yang prima.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 97).
Sebagaimana yang Allah tegaskan, bahwa ketiga hal itulah yang harus dimiliki oleh seseorang yang siap untuk melaksanakan ibadah haji dalam segala halnya.
Jika salah satunya tidak terpenuhi maka lebih baik ditunda dahulu dan memaksimalkan diri untuk menguasai ketiga hal tadi, sehingga dalam pelaksanaan ibadah benar-benar tidak terganggu dengan hal-hal yang lain selain tiga kemampuan tadi.
Berkurban pun demikian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pernah mengatakan kepada umatnya.
Dari Abu Hurairah, telah berkata Rasulullah SAW.: "Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berkurban, maka janganlah ia menghampiri tempat salat kami" (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majjah).
Ultimatum nabi ini menegaskan bahwa setiap muslim yang berkecukupan, mapan dalam segi ekonomi dan mempunyai kelebihan finansial dia harus berbagi dengan sesama saudaranya.
Wujud rasa empati memunculkan solidaritas yang tinggi terhadap sesama insan. Oleh karena itu ibadah kurban lebih cenderung atau lebih condong sebagai praktik ibadah sosial di mana yang dituju benar-benar untuk memberi kebahagiaan dan memberi kesenangan kepada sesama manusia.
Daging hewan kurban yang dipotong kemudian dibagi-bagikan, sedikit banyak dapat menyenangkan sesama warga lainnya.
Baik ibadah haji ataupun kurban sejatinya adalah mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada sang Maha Pencipta dan Maha Pemberi, juga merupakan wujud syukur sebagai seorang makhluk yang setiap saat terus diberi keleluasaan, terus diurusi oleh sang Maha Pengurus.
Maka ibadah haji dan ibadah kurban merupakan sarana pertemuan antara dia yang sedang beribadah dengan Tuhannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H